Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Perkembangan dunia rupa, khususnya seni lukis di Kota Medan maupun Sumatra Utara, tidak sepesat kota lainnya di Indonesia. Kondisi itu, salah satunya dikarenakan belum adanya kekhasan lukisan yang dihasilkan para pelukis di daerah ini.
Selain itu, kata pelukis Mangatas Pasaribu kepada medanbisnisdaily.com, masalah regenerasi pelukis juga menjadi kendala. Sebagian besar mahasiswa seni rupa misalnya, kehilangan daya melukis, setelah dia tamat kuliah dan bekerja.
"Karena itu sejak puluhan tahun lalu, saya fokus melukis idiom-idiom Batak sebagai ciri khas saya dan juga untuk memunculkan kekhasan Sumatera Utara. Syukurlah hal itu mendapat apresiasi dari pelukis-pelukis lainnya di Indonesia. Namun pelukis-pelukis generasi selanjutnya sering terjebak dengan pengertian idiom Batak sebagai sekadar visualitas," kata Mangatas di selah-selah pembukaan pameran lukisan di Taman Budaya Sumatra Utara (TBSU) Jalan Perintis Kemerdekaan No 33 Medan, Kamis (18/7/2019).
Di pameran lukisan berbahan matra karet itu, Mangatas bertindak sebagai kurator. Pameran ini sendiri menampilkan kurang lebih 30 lukisan dari 5 pelukis, yakni Zulkifli, Dermawan Sembiring, Wahyu Tri Atmojo, Asmadinoto dan Nurdiansyah. Semua lukisan mengangkat etnisitas yang ada di Sumatra Utara.
Mangatas menambahkan, melukis idiom etnis, tidak cukup memindahkan objek ke kanvas, tetapi harus ada nilai yang disuguhkan. Pelukis di Medan, sambung saudara mendiang komposer Ben Pasaribu ini, juga mengalami persoalan klasik, dimana setiap kali berpameran, lukisannya jarang ada yang terjual. Persoalan itu semakin kompleks karena regenerasi pelukis di daerah ini nyaris terputus.
"Kalau mahasiswa Unimed, begitu menjadi guru, hilang daya kreativitasnya. Selain karena disibukkan dengan tugasnya sebagai guru, mereka juga dihadapkan dengan pilihan untuk mencari uang. Padahal waktu masih mahasiswa karya mereka cukup kuat," katanya.
Mangatas berharap spirit para pelukis di Kota Medan dan Sumatra Utara secara umum, akan semakin baik. Menurutnya, Medan sudah terlalu lama tidak menggelar event yang monumental sebagaimana yang pernah terjadi di tahun 90-an awal.