Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Sinyal apa gerangan? Pertanyaan itu mencuat setelah Prabowo Subianto makan nasi goreng dijamu oleh Megawati di kediamannya di Jalan Teuku Umar Jakarta, Rabu (24/7). Namun sebelumnya, Senin (22/7), empat ketua umum parpol pendukung Koalisi Indonesia kerja (KIK) bertemu di Kantor DPP Partai NasDem, namun minus Megawati, Ketua Umum PDIP.
Pertanyaan-pertanyaan itu ramai di kalangan pengamat. Terlebih-lebih di tengah munculnya isu tentang kemungkinan Gerindra akan merapat ke dalam kekuasaan. Belum lagi tentang “perebutan” possisi Ketua MPR yang diincar oleh PKB, Golkar, Gerindra, PDIP dan bahkan oleh Partai Demokrat.
Megawati sendiri sudah memberikan penjelasan ihwal ia tak bisa hadir dalam pertemuan para ketua umum partai politik, karena posisinya sedang di luar negeri atau di luar daerah. Dia sibuk menghadiri Konferensi Daerah PDIP di berbagai daerah.
Empat parpol pendukung KIK pun sudah mengklarifikasi bahwa perbincangan mereka tak keluar jalur. Hanya sebatas soliditas partai politik pengusung Jokowi-Ma’ruf. Sama sekali tak mebicarakan kabinet maupun komposisi pimpinan MPR. Jadi hanya bersifat kekeluargaan.
Tak beda dengan pertemuan Megawati-Prabowo juga hanya bersifat persaudaraan. Tak ada kaitannya dengan pertemuan empat ketua umum pendukung KIK. Tak juga berbicara tentang sharing kekuasaan.
Boleh jadi di “panggung depan” itulah yang terjadi. Tak ada apa-apa. Namun di “panggung belakang” siapa yang tahu. Apalagi ada ungkapan no free lunch, tak ada makan siang yang gratis.
Setidaknya telah muncul tanda-tanda ada dinamika internal di koalisi Jokowi soal perkembangan politik mutakhir. Ada dugaam bahwa empat ketua umum parpol itu sepertinya kurang enjoy jika Gerindra merapat ke Jokowi.
Jadi, saya kira, pertemuan empat ketua umum parpol itu merupakan “pesan” kepada Jokowi agar tetap menjaga soliditas dengan “teman lama.” Apalagi KIK pun sudah cukup kuat dengan posisi 70% di parlemen.
Tapi semua itu masih analisis yang bersifat asumsi. Cerita ini masih akan diuji oleh waktu. Apalagi pelantikan presiden-wakil presiden pun masih pada Oktober mendatang. Jadi? Ya, wait and see! Politik itu dinamis, mengalir bagaikan Bengawan Solo. He-he, tak ada yang tak mungkin dalam politik.