Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Saya baca di media, Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi geram karena harga dan stok pangan tak terkendali. Padahal, beberapa komoditas di Sumut bahkan surplus, seperti beras, jagung, cabai, ayam ras dan telur.
"Cabai kita surplus, tapi cabainya tidak tinggal di sini banyak yang lari ke Riau, Sumbar dan Aceh sehingga menyebabkan inflasi. Itu kenapa? Karena di pohonnya pun sudah diijon," ujar Edy pada acara peringatan Hari Pangan se-Dunia ke-37 dan Hari Krida Pertanian ke-49 tingkat Sumut, di Lapangan Merdeka Medan, Rabu (9/10/2019).
Mengantisipasi masalah itu, Pemprov Sumut telah membentuk BUMD Pangan tiga hari lalu. Tujuannya, ya, untuk mengendalikan harga dan persediaan pangan di Sumut.
Memang, menurut teori harga-harga akan menaik jika permintaan tinggi dan stok tak mengimbanginya. Atau jika stok memadai, tapi distribusinya tidak lancar, mungkin karena faktor transportasi atau musim hujan.
Tak mustahil pula para distributor lebih suka mengirimkan barang jualannya ke daerah atau pasar dengan harga yang lebih tinggi. Akibatnya, distribusi berkurang di daerah dan yang tadinya harganya rendah, tapi akibatnya kemudian harga menaik di daerah asal . Distributor selalu mencari margin yang tinggi, bukan?
Saya amati selama ini, jika harga bahan pangan melambung, maka sejumlah pejabat dari dinas terkait segera melakukan rapat. Sering sekali rapat menemukan fakta bahwa pedagang di Medan ramai-ramai mengirimkan komoditas pangan ke luar daerah, bahkan hingga ke Pulau Jawa. Akibatnya, itu tadi; harga di Sumut malah menaik karena stok tak memadai.
Peluang ini segera ditangkap para pedagang. Memang, sudah jamak berjualan mencari untung. Galibnya, pemerintah melihat situasi dulu. Jika harga tak kunjung normal, barulah operasi pasar (OP) dilakukan.
Padahal, persiapan OP itu memakan waktu sepekan, mulai dari membeli komoditas dari produsen atau pemasok, barulah kemudian melakukan OP.
Tapi OP bisa tidak efektif jika kemudian pengiriman komoditas oleh pedagang ke luar daerah sudah mereda sehingga harga sudah kembali normal. He-he, OP pun tak lagi relevan padahal sudah sempat mengeluarkan dana untuk membeli stok.
Saya kira, itulah antara lain yang harus diwaspadai oleh BUMD Pangan. Ya, harus lebih ekspres dari pedagang. Jangan lelet. Sebelum para pedagang mengirimkan komoditas ke luar daerah, BUMD sudah membeli stok pangan agar pasokan di Sumut tetap terpenuhi.
Jangan lupa jika para pedagang cukup angkat telepon, negosiasi harga lalu komoditas pun segera dikirimkan. Mekanisme inilah yang harus disaingi oleh BUMD Pangan. Jangan dengan gaya birokrat asyik rapat melulu, sementara pedagang sudah menggebrak, tanpa rapat.