Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Pengertian safari sejatinya adalah perjalanan jarak jauh dalam suatu ekspedisi. Misalnya, dalam hal penyelidikan, penelitian atau wisata. Namun safari politik yang dilakukan oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto lebih merupakan kunjungan door to door terhadap pimpinan partai politik dan tokoh penting.
Prabowo bertemu Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, Minggu, 13 Oktober. Esoknya, Senin, ia juga mengunjungi Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar. Konon, dia juga akan mengunjungi Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartanto.
Jauh hari, Prabowo juga telah menemui Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri pada 24 Juli lalu. Juga dengan Ketua Umum PPP, Suharso Monoarfa pada 15 Agustus. Prabowo pun berjumpa empat mata dengan elite yang juga mantan Ketua Umum PKPI, AM Hendropriyono pada 5 September.
Memang, menimbulkan pertanyaan juga. Mengapa yang dikunjungi adalah para ketua umum parpol pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin? Bukankah tadinya berkompetisi dalam Pileg maupun Pilpres?
Namun mitra koalisi Gerindra, yakni PKS menghormati sikap politik Prabowo tersebut. Mohamad Sohibul Iman, Presiden PKS, 14/10 lalu mengatakan bahwa sekitar dua-tiga pekan lalu, Prabowo juga bersilaturahim dengan para petinggi PKS.
Saat itu, Prabowo menyampaikan apa-apa saja yang sudah dan akan dilakukan sebagai sikap politik Gerindra. “Tentu kami tidak ikut campur dengan sikap politik masing-masing," kata Sohibul.
Sohibul menyadari bahwa meski berpolitik secara rasional tetapi sifat dasar manusia adalah boundedly rational (serasional-rasionalnya manusia, tetap ada batasnya). “Bisa saja sikap politik yang dianggap rasional oleh PKS belum tentu dianggap rasional oleh Gerindra,” katanya.
Tampaknya sinyal Gerindra akan bergabung dengan koalisi parpol pendukung pemerintahan kian terang. Prabowo pun sudah bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jumat (11/10) lalu. Kepada pers, Jokowi mengaku telah berbicara tentang peluang Gerindra bergabung dalam koalisi pemerintah, walau belum final.
Namun saya tergelitik dengan komentar unik dari Muhaimin. Dia membuat analogi dalam salat. Dia menyebut Gerindra sebagai 'makmum masbuk'. Artinya, makmum yang datang terlambat pada saat salat berjemaah sudah berjalan. Tetap saja boleh ikut salat, tapi posisinya di belakang.
Ada apa gerangan maksud metafor Muhaimin itu? He-he, terserah Anda menafsirkannya.