Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Siapakah gerangan para menteri kabinet Jokowi jilid II? Syahdan, Jokowi akan mengumumkannya, mungkin, Selasa (22/10/2019), setelah dilantik bersama Wapres Ma’ruf Amin pada Minggu (20/10/2019).
Meskipun semua menteri penting, menarik menunggu siapa kelak yang menempati pos menteri perekonomian. Katakanlah, Menteri Perdagangan, Perindustrian dan Pertanian.
Terlebih-lebih sekarang ini perekonomian Indonesia berada di tengah kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Selain juga dipengaruhi perang dagang antara Cina-Amerika Serikat.
Tengoklah, nilai impor kita tumbuh lebih kencang dari nilai ekspor, sehingga neraca perdagangan tahun 2018 defisit untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir.
BPS mencatat nilai impor 2018 tumbuh 20,15% menjadi US$ 188,63 miliar. Nilai eskpor hanya tumbuh 6,65% menjadi US$ 180,06 miliar. Alhasil, defisit US$ 8,57 miliar.
Padahal, kita ingat pasar ekspor Indonesia pernah menembus US$ 200 miliar pada 2011. Kala itu, pemerintah gencar melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor bak menaruh keranjang jualan di berbagai pasar, seperti Timur Tengah, Afrika dan Asia.
Saya kira, perdagangan dalam negeri jangan dilupakan. Dengan penduduk 270 juta jiwa adalah pasar empuk yang dapat menjamin stabilitas perekonomian nasional.
Karena itu, produk dalam negeri harus dipacu, tak hanya kuantitas tetapi juga kualitas. Ini penting untuk menandingi arus produk impor.
Tak ayal, sinergitas antara Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan Pertanian bak trio penyanyi yang berpadu harmonis. Tidak sumbang dan asyik berdebat.
Kementerian Perindustrian mendorong industri manufaktur. Kementerian Pertanian meningkatkan teknologi produksi, sehingga hasilnya kompetitif dengan produk impor. Kementerian Perdagangan memperlebar pasar ekspor.
Semoga tak lagi terjadi perdebatan antara Kementan dengan Kemendag. Kita ingat tahun silam Indonesia mengimpor 2,25 juta ton beras. Padahal, menurut data BPS, pada Oktober 2018, kita surplus 2,8 juta ton. Stok berlebih tapi kok impor?
Belum lagi kecanduan impor berbagai bahan pangan, seperti daging kerbau India dan bawang putih untuk konsumsi dalam negeri. Bahkan juga garam, gula, kedelai dan sebagainya.
Mencari orang yang ahli di bidang perekonomian, bukanlah hal yang sulit. Tak sedikit para doktor di bidang itu di negeri ini. Tapi apakah dia memiliki leadership yang mampu menggerakkan roda perekonomian, itulah yang kita tunggu dari pilihan Presiden Jokowi.