Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Suatu malam di awal Maret 1978, Presiden Soeharto memanggil Alamsjah Ratu Prawiranegara. “Saya akan menunjuk Saudara sebagai Menteri Agama,” kata Soeharto. Alamsjah sangat terkejut. Maklum, dia sudah lebih dari 20 tahun berkecipung di duna militer.
“Jangan main-main, Pak. Saya bukan kiai, bukan ulama, bukan ahli agama dan tidak memiliki pendidikan formal keagamaan,” sahut Alamsjah.
“Bukan di situ soalnya, Saudara Alamsjah. Semuanya sudah saya coba, tetapi kurang berhasil ... Saya kenal Saudara, saya paham dan kenal cara berpikir Saudara dan cara kerja Saudara,” ucap Soeharto.
Demikianlah ternukil dalam autobiografi Alamsyah yang berjudul Perjalanan Hidup Seorang Anak Yatim Piatu (1995).
Alamsjah lalu bertanya, “Kira-kira apa tugas khusus untuk saya nanti?”
“Tugas yang harus Saudara laksanakan adalah menjelaskan kepada umat beragama, umat Islam khususnya mengenai Pancasila, sehingga mereka tidak lagi bersikap apriori. Selama ini Pancasila [seolah] tidak jelas bagi umat Islam...”
Kisah lama itu menarik diungkapkan ketika sejumlah para ulama Nahdlatul Ulama (NU)) mengkritisi penunjukan Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi sebagai Menteri Agama. Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU KH Robikin Emhas menyebut pihaknya banyak menerima ungkapan bernada kecewa dari para ulama di berbagai daerah.
Kontroversi ini ramai diberitakan oleh media cetak dan media online. Bak kata pepatah pleasing no all parties. Sebuah kebijakan tak selalu memuaskan semua pihak.
Namun PP Muhammadiyah menilai berbeda, "Siapapun menteri yang punya latar belakang militer kan ketika sudah purna dia lepas dari latar belakang itu, termasuk pola-pola militer," ujar Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, kepada wartawan, Rabu (23/10) lalu.
Tapi saya menduga prokontra ini akan segera mereda. Apalagi kemarin, Kamis (24/10), Presiden Jokowi mengatakan akan segera melantik sejumlah Wakil Menteri (Wamen). Saya kira, salah satu Wamen itu ada di Kementerian Agama, dan sepertinya akan dipilih dari tokoh NU.
Di masa Orde Baru, tak hanya Alamsjah yang ditunjuk menjadi menteri Agama. Ada juga Laksamana Muda Tarmizi Taher.
Namun Alamsjah dan Tarmizi cukup berhasil sebagai Menteri Agama. Alamsjah berhasil menertibkan Kementerian Agama, dan meluruskan sejarah pengorbanan umat Islam terkait lahirnya Pancasila.
Tak heran jika kemudian golongan Islam mau menerima dan mendukung Pancasila sebagai ideologi bangsa. Dia juga berhasil menegakkan dan membina kerukunan hidup antar umat beragama dengan pemerintah.
Alamsyah menjabat Menteri Agama dari 29 Maret 1978 hingga 19 Maret 1983.
Tarmizi Taher, yang selain Laksamana Muda, juga seorang dokter menjabat Menteri Agama sejak 17 Maret 1993 sampai 14 Maret 1998. Namun pengetahuan agamanya sangat luas.
Di masa kepemimpinannya, Tarmizi mencetuskan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) dan pembentukan Dana Abadi Umat (DAU).
Nah, kepada Fachrul Razi yang bisa khotbah Jumat itu pun, Presiden Jokowi membebankan empat tugas. Yakni berkaitan dengan penanggulangan radikalisme, ekonomi umat, industri halal dan masalah haji.
Apakah mantan Wakil Panglima ABRI dan Kasum ABRI itu akan sukses menunaikan tugasnya sebagai Menteri Agama? Sejarah kelak akan menjawabnya.