Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmi Radhi menilai ada dua penyebab harga gas industri di Indonesia mahal. Mahalnya harga gas industri sampai membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun tangan.
"Nah kalau itu masih dianggap mahal ya saya lihat ada dua penyebab ya, yang pertama harga itu kan ditentukan dari harga gas di hulu. Nah kemudian yang kedua itu ditentukan dengan biaya pengelolaan infrastruktur dan margin," kata dia di Jakarta, Senin (4/11/2019).
Menurut dia harga gas industri di hulu memang masih relatif mahal, yaitu antara US$ 6 hingga US$ 8 per MMBTU. Sementara di Malaysia hanya US$ 4,5-6.
"Misalnya di sumur Jawa Barat ya, itu sekitar US$ 6,75, tapi sumur di Medan itu US$ 8,49. Nah ini memang beragam harganya tergantung lokasinya," sebutnya.
Faktor kedua yang mempengaruhi harga gas industri adalah ketersediaan pipa. Itu karena distribusinya harus melalui pipa. Sedangkan ketersediaan pipa di Indonesia masih kurang memadai.
Dia menyebut Indonesia yang sangat luas dengan sumber gas terpencar di beberapa daerah membutuhkan sekitar 18.500 km pipa gas. Sedangkan pipa yang ada, misalnya yang dioperasikan oleh PGN baru sekitar 9.300an km.
"Nah ini menjadi penyebab juga mengapa harganya dikategorikan mahal tadi itu ya," tambahnya.(dtf)