Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Menjadi kepala daerah itu serba besar. Wewenangnya besar. Tanggung-jawabnya juga besar. Kenikmatannya juga besar. Walau gajinya terbilang kecil, tetapi tunjangan dan fasilitasnya besar. Tapi peluang dan tantangannya juga besar. Bisa dua periode, namun bisa juga tak sampai satu periode karena tersandung kasus korupsi.
Toh, menjadi calon kepala daerah adalah hak konstitusional setiap warga negara. Jika sudah memenuhi segala persyaratan, go head! Moga pemilih mendukung dan Tuhan merestui.
Tapi setelah menjabat, ada syarat lain. Misalnya, harus terbiasa stress, atau lapang dada membaca kritik di surat kabar oleh DPRD, pengamat dan LSM atau menghadapi arus unjukrasa massa.
Belum lagi harus melayani kelompok-kelompok masyarakat yang beragam keluhannya. Bahkan, kepentingan mereka dapat saling bertentangan. Padahal, Anda adalah kepala daerah semua warga.
Kepentingan pedagang, importir beras dan petani padi pastilah beda. Juga antara majikan dan buruh, pedagang, petani dan konsumen, pengusaha kuat, menengah dan kecil dan sebagainya yang multikompleks di sebuah daerah..
Apakah Anda yakin menjadi kepala daerah? Jika yakin, apakah masyarakat juga yakin? Lucu jika bertepuk sebelah tangan, bukan?
Keyakinan masyarakat lahir jika mereka menganggap Anda punya skill, kompetensi dan kapabilitas setelah menyimak track record selama ini. Keyakinan itu, lalu mereka tunaikan di bilik suara.
Banyak tantangan menjadi orang “nomor wahid.” Jika Anda hendak melakukan perubahan, jangan-jangan yang hendak diubah itu, bisa saja staf dan pegawai Anda dan masyarakat, yang tak berkenan memasuki perubahan. Mereka terusik dengan kehadiran Anda.
Jadi Anda harus berkarakter. Rendah hati, terbuka, mau menerima kritik tapi tegas tanpa ragu-ragu. Jangan seperti Hamlet yang terjepit di antara to be or not to be.
Kepala daerah itu banyak godaan. Yang imannya goyah, lalu melakukan abused of power, korupsi dan, aduh, terjungkal. Alasan selama ini Anda adalah orang “baik-baik” tak cukup. Maaf, ada yang “baik” karena belum berkuasa dan karenanya belum teruji.
Korupsi adalah godaan orang berkuasa. Dan Anda mau ke sana. Sungguh, sebuah pilihan yang mendebarkan. Meski konstitusional.