Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Asyik juga menyimak rakyat berbicara tentang calon kepala daerah, entah bupati atau wali kota. “Perlu seorang calon yang membawa gairah baru,” kata yang satu. “Yang memimpin dengan cara yang tak biasa-biasa saja,” seru yang lain.
Eh, ada saja yang berbau mitologi. Misalnya, yang mengidolakan Satria Piningit. Atau Ratu Adil. Padahal sudah ada sistem. Siapa peraih suara terbanyak, dialah sang pemenang.
Adapula mindset yang merindukan sosok pemimpin bagai selebritis yang silih-ganti di pentas show dan televisi? Pokoknya, yang serba baru.
Saya kira jika ada seorang kandidat yang punya kekuatan dan pemikiran yang merasuki hati masyarakat, mungkin rakyat segera meninggalkan mitologi ala Ratu Adil. Andaikan ada tokoh yang dipercaya mampu mengubah nasib petani, nelayan dan pedagang kaki lima ke dalam tatanan ekonomi yang bermartabat, akan membuat impian rakyat menemukan idolanya.
Rakyat harus dikagetkan, bahwa ada sesuatu yang baru dari si tokoh. Sejenis shock of the new. Bukan cuma retorika yang gombal, bahwa “jika saya menjadi bupati, atau walikota, maka pendidikan dan kesehatan akan gratis.” Ditunggu sosok dengan gagasan yang selain baru, juga masuk akal dan prorakyat.
Jika tidak, rakyat akan kembali kepada “dewa-dewi” dalam fantasi mereka. Padahal, “dewa-dewi” hanya ada di kahyangan. Maaf, jadilah rakyat kembali bagai menonton film Hindustan, Kungfu atau Hollywood. Ada Rambo, sang jagoan, tapi berlebihan sehingga bullshit adanya.
Sayangnya, fantasi itu berusia pendek. Repotnya, jabatan kepala daerah itu 5 tahun. Alangkah sulitnya jika hanya bermodalkan popularitas harus mempertahankannya selama 5 tahun. Beda jika yang dipertahankan adalah kinerja dan paradigma yang menghasilkan perubahan, sehingga bertahan lebih lama. Tak mustahil lebih 5 tahun.
Siapakah pemimpin idaman kita? Seperti kata penyair Chairil Anwar, “lahir seorang besar, tenggelam beratus ribu.” Belum ada? Ah, bukankah sudah bermunculan nama-nama yang berminat menjadi kepala daerah dalam Pilkada Serentak 2020? Masya sih tak ada yang patut?