Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Seorang pengusaha dalam memilih jenis usaha dan lokasi investasinya harus cermat. Barulah ia memikirkan penyediaan modal dan melihat kondisi infrastruktur.
Jika ia memilih kota atau daerah tertentu, ia akan mencari tahu bagaimana potensi bahan bakunya. Tersediakah, cukup atau malah sebaliknya. Ia juga mempertimbangkan sarana dan prasarana pendukung, termasuk akses perbankan yang mudah bertransaksi.
Ia juga akan menetapkan, apakah daerah itu sebagai pasar atau basis produksi? Banyakkah konsumennya dan bagaimana kompetisinya dengan daerah lain? Jika daerah lain lebih menjanjikan, mengapa tidak pindah saja?
Si pengusaha mestinya juga mempelajari kondisi infrastruktur, pelayanan publik dan kepastian hukum di wilayah itu. Untuk yang memerlukan ekspor impor, ia akan melihat sarana pelabuhannya, apakah arus barang lancar atau merayap bagai siput?
Pengusaha tersebut juga menyimak pelayanan publik dari para aparatnya. Ia akan melihat bagaimana kepemimpinan gubernur, wali kota dan bupatinya. Probisniskah dia?
Kadang kepala daerah ramah pada mulanya. Tetapi setelah berinvestasi, muncullah pameo “jika bisa dipersulit mengapa dipermudah?” Kadang pejabat lama oke punya, tetapi berganti pejabat baru, berganti pula kebijakannya.
Biasanya, soal perizinan sangat alot. Konon, ada yang sudah investasi tapi belum kunjung bisa berproduksi karena izin masih tertahan.
Secara umum infrastruktur dan pelayanan masih lemah, apalagi di luar Jawa. Namun, luar Jawa punya keunggulan sumber daya alam dan komoditas. Lahan juga masih luas tersedia.
Ada satu resep bagus bagi para kepala daerah. Cobalah lakukan gebrakan yang transparan. Misalnya, anggaran belanja dan neraca keuangan pemerintah tiap triwulan dan akhir tahun dipublikasikan di surat kabar. Ini membuktikan bahwa Anda seorang yang transparan dan akuntabel.
Ya, mirip mengelola sebuah perusahaan. Para kepala dinas dan staf diajak berjiwa wirausaha yang bermain di sektor pelayanan masyarakat. Perlu perubahan mind set aparatur pemerintah yang sudah bertahun-tahun berjiwa birokrat.
Pokoknya, harus efisien, efektif, kontinyu, konsisten serta transparan. Izin usaha jangan terlalu lama menunggu. Harus keluar psling lama tiga hari. Bukan bagai Waiting for Godot, drama absurd karya Samuel Beckket itu.