Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Orang-orang tua barangkali masih ingat pantun lama ini. “Sejak Sibolga jadi kota, Sidimpuan tak ramai lagi.” Namanya kenangan tentu saja adanya di masa lalu, setidaknya pada era 1960-an ke bawah. Kala itu, Pelabuhan Sibolga masih disinggahi kapal asing dari Eropa semenjak abad ke-19, sehingga arus barang melalui pelabuhan itu ke berbagai desa di Tapanuli dan Nias mengalir deras.
Tapi kemudian, masa depan Sibolga dan Tapanuli Tengah terancam. Jalan Tarutung- Padang Sidempuan melalui Sipirok lebih diminati karena sedikit lebih nyaman dibandingkan dengan jalan Tarutung-Sibolga. Meski hanya 66 kilometer tapi penuh dengan 1.200 kelokan tajam dan penuh lobang maupun tertimbun karena tanah longsor. Bulu kuduk kita bergidik karena di kiri jalan yang sempit itu menganga jurang yang dalam.
Tak heran jika arus barang dari Medan ke Riau lebih strategis melalui ruas jalan Medan-Rantauprapat yang mulus. Bahkan, termasuk melalui Tapanuli Selatan dan Madina atau melalui Padanglawas.
Mengantisipasi kondisi itu, Pemkab Tapanuli Tengah melambungkan gagasan dengan seribu pesona wisata. Keindahan Pulau Mursala digadang-gadangkan, bahkan diprmosikan melalui sebuah film layar lebar.
Pemko Sibolga berbenah menjadi “kota perikanan.” Tapi kini terkendala karena pukat cantrang dilarang, sementara penggantinya, pukat yang ramah lingkungan tak kunjung datang. Padahal Sibolga sangat strategis sebagai kota perikanan mengingat perairan pantai barat yang luas. Apalagi jika dilengkapi dengan industri hasil laut dan pendirian perguruan tinggi perikanan.
Sebetulnya, jalan Tarutung-Sibolga, sebagai jalan “paling gawat” di dunia itu (?) bisa dijual biro turisme ke seluruh jagat. Justru tikungan-tikungan tajam itu akan memancing adrenalin wisatawan asing melintasinya seraya dagdigdug menatap jurang yang terjal. Termasuk dua terowongan batu lubang, yang seakan-akan menyimpan misteri nan eksotis.
Wisatawan juga bisa menikmati wisata Teluk Sibolga yang tenang dilindungi banyak pulau. Syahdan, pulau-pulau itu menyimpan sejarah Sibolga yang bercampur dengan legenda tentang Puti Runduk, yang melodramatis mirip Putri Hijau di tanah Deli. Begitulah, ceritanya.