Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. DPD Realestat Indonesia (REI) Sumatra Utara menilai tahun 2019 adalah musim sulit penyediaan rumah. Itu ditandai dengan tidak tercapainya target realisasi penyediaan rumah subsidi di Sumut.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya penyediaan rumah subsidi itu, meskipun sebenarnya pasarnya sangat terbuka luas menyusul masih tingginya backlog rumah di Sumut.
Beberapa diantaranya adalah tidak adanya kuota pembiayaan KPR skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) mulai periode Juni - November 2019.
Sulitnya penyediaan itu juga diperparah dengan masih kurangnya keberpihakan pemerintah daerah yang ditandai dengan berbelit-belitnya perizinan dan regulasi, dan ketersediaan lahan yang semakin minim.
"Kondisi sulit ini juga tidak terlepas dari masih belum stabilnya perekonomian secara umum," ujar Ketua DPD REI Sumut, Andi Atmoko Panggabean di Medan, Selasa (31/12/2019).
Menjelang akhir tahun 2019, pemerintah menghapus program Subsidi Selisih Bunga (SSB). Peniadaan SSB itu pun, kata Moko, sapaan akrab Andi Atmoko, memastikan masih berlanjutnya musim sulit penyediaan rumah subsidi di 2020.
"Penyediaan rumah subsidi di Sumut tahu 2019, khususnya dari REI hanya 16.000 unit dari target 30.000 unit. Ini semua tidak terlepas dari sulitnya pengembang bermain di rumah subsidi," ujar Moko.
Namun begitu pun, pengembang REI menurut Moko Panggabean, masih terus menaruh ekspektasinya di 2020. REI Sumut menargetkan penyediaan 30.000 unit rumah subsidi di Sumut pada 2020. "Sebab memang permintaan rumah subsidi di Sumut masih sangat tinggi," ujarnya.
REI Sumut, lanjut Moko, mengharapkan target itu bisa terealisasi dengan dukungan semua pihak, terutama alokasi anggaran pembiayaan dari pemerintah serta dukungan regulasi dan perizinan maupun dukungan penyediaan lahan.
Lebih lanjut dikatakan, Pemerintah Pusat pada 2020, mengalokasikan anggaran FLPP sekitar Rp 11 triliun untuk kuota 110.000 unit rumah. Kemudian 60.000 unit rumah melalui program Bantuan Pembiayaa Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT), yang anggaran pembiayaanya dari Bank Dunia. "Ada 170.000 unit kuota rumah subsidi di tahun 2020," sebutnya.
Namun jumlah itu dinilai belum cukup. DPP REI di kepengurusan baru saat ini, kata Moko, menilai idealnya anggaran rumah subsidi tahun 2020 sebesar Rp 29 triliun. Pemerintah diharapkan mencari skema pembiayaan lainnya untuk menambah anggaran Rp 11 triliun yang sebelumnya sudah ditampung di APBN 2020.
"Memang kepada pengembang REI diminta mengusulkan kuota di luar dari yang sudah tertampung dalam anggaran 11 triliun. Karenanya REI berkomitmen mengawal ini agar 300.000 unit rumah subsidi di 2020 bisa terealisasi," ujarnya.