Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Harga ubi kayu anjlok, dan nyaris tidak laku terjual akibat banyaknya produksi. Sejumlah kecamatan di Kabupaten Langkat kini memasuki panen. Akibatnya, harga jual sebelumnya Rp 2.300 anjlok menjadi Rp 1.100/kg.
Padahal, ubi yang bakal dipanen merupakan tanaman ubi kayu hijau yang ditanam petani pemula penanam ubi untuk bahan baku keripik singkong. Saat waktu panen, petani kesulitan menjualnya kepada kalangan pengusaha/pengrajin keripik singkong ubi yang ada di Langkat.
"Kami tertarik tanam ubi kayu karena pembuat keripik setahun yang lalu menyarankan. Jika tanam ubi kayu, tanam ubi hijau yang cepat besar buahnya, dan harga jualnya di atas Rp 2.000 - Rp 2.300/kg, atau lebih tinggi dari harga jual ke pabrik industri tepung tapioka yang hanya Rp 1.200-an/kg. Dari itu, lahan tanaman palawija kami korbankan untuk lahan tanaman ubi," sebut Zulkarnain alias Zul Ledeng, Syamsul, dan Simpat, petani ubi di Desa Pasar Rawa dan Kelurahan Pekan Gebang, Kecamatan Gebang, Langkat, Minggu (5/1/2020).
Dijelaskan mereka, jika harga sama dengan harga jual ke pabrik, kerugian yang sangat besar, karena biaya transportasi harus dikeluarkan. Tanam ubi untuk produksi keripik harus digulut/bedengan supaya pertumbuhan buah ubi besar, biaya pun tinggi. Tidak seperti tanam ubi racun untuk bahan baku tepung tapioka, yang hanya ditraktor tanpa harus dibuat bedengan yang biayanya rendah.
"Semalam saya tawarkan ubi ke tempat usaha keripik Cinta milik Mas Hendro di Desa Air Hitam, dan membawa sampelnya, namun hanya laku Rp 1.010/kg. Menurutnya, ubi miliknya sudah ratusan hektar, bahkan usaha keripik Cinta sudah memiliki pemasok ubi yang tetap dan memiliki lahan tanaman ubi hingga ratusan hektar," sebut Zulkarnain.
Ditemui terpisah, beberapa pengrajin pembuat keripik singkong, mereka mengatakan, untuk tetap usahanya berjalan dan tidak terkendala akan kekurangan bahan baku, mereka banyak menanam ubi kayu sendiri dengan cara sewa lahan, dengan pemberian modal kepada petani kemitraan.
"Memang sebelumnya kita beli ubi kepada petani dengan harga di atas Rp 2.100/kg, bahkan sampai Rp 2.500/kg karena memang kebutuhan ubi diperlukan. Hingga sampai keluar Langkat kita beli ubi, tetapi hal itu sudah bisa teratasi dengan menanam sendiri dengan petani kemitraan, jadi untuk sementara hanya membeli ubi milik petani yang bermitra," kata Lilik, pengusaha keripik ubi, Keripik Rindu dipinggiran Jalinsum Desa Air Hitam, Gebang.