Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Indonesia butuh waktu hampir 10 tahun untuk bisa lepas dari ketergantungan impor bahan baku farmasi. Saat ini, impor bahan baku farmasi sebesar 95% dari total kebutuhan industri. Impor dari China adalah yang terbesar, mencapai 60%.
Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Muhammad Khayam menjelaskan, pemanfaatan bahan baku yang berasal dari sumber daya alam Indonesia bisa mengurangi impor hingga 50% lebih.
"Jadi kita bisa sebenarnya dalam waktu kurang 10 tahun, ketergantungan kita bisa kita kurangi 50% ya bahkan lebih," kata dia di kawasan Marunda, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (12/3/2020).
Menurutnya alam Indonesia kaya akan bahan baku obat yang bersifat herbal. Beberapa industri sudah menggunakan itu.
"Sebenarnya banyak produk-produk yang dihasilkan berbasis herbal yang (berasal dari) sumber daya alam dan kategorinya sudah obat. Ini artinya badan-badan yang memberi izin harus mampu melihat bahwa (herbal) ini adalah obat," jelasnya.
Pihaknya pun akan membahas itu bersama lembaga-lembaga pemberi izin di sektor farmasi agar penggunaan herbal tak dipersulit selama memenuhi syarat.
Selama ini Indonesia terlalu bergantung pada bahan baku yang berbasis kimia. Sedangkan yang berbasis bio teknologi dan herbal kurang dimanfaatkan.
"Ini akan dibahas dengan BPOM dan sebagainya yang memberikan izin. Jadi herbal ini kalau memenuhi kriteria-kriteria, baik uji pra klinis dan klinis gitu ya, itu seharusnya juga harus disamai (yang berbasis kimia). Nah kalau itu bisa kita adopsi ini, ke depan ketergantungan bahan baku yang 90% ini cepat bisa diatasi," tambahnya.(dtf)