Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Tiada hari tanpa berita corona. Televisi, radio, media cetak dan online ramai dengan berita tentang corona. Tak hanya dalam negeri dan antardaerah, tetapi juga dalam skala global internasional.
Sebagai peristiwa corona memang lagi tren. Magnitudnya juga tinggi dan meluas. Melibatkan banyak orang. Bahkan juga pemerintahan, dunia usaha dan sebagainya.
Meminjam istilah news (berita), angle-nya juga beragam. Mulai dari penyebarannya, yang terkena ODP (orang dalam pemantauan), PDP (pasien dalam pengawasan) hingga yang suspek, yang terduga terkena virus corona hingga yang positif corona. Ada juga berita yang dinyatakan sembuh, hingga maaf, yang meninggal dunia.
Bahkan, efeknya pun beragam. Okupasi hotel menurun. Pengunjung mal dan plasa anjlok. Arus wisatawan semakin rendah. Pelanggan ojek online mulai sepi tanpa order. Penumpang pesawat terbang menurun. Volume impor berkurang.
Para pengamat memperkirakan, pertumbuhan ekonomi banyak negara mengalami koreksi. Indonesia, mungkin, akan di bawah 5%. Resesi ekonomi mulai terbayang.
Sekolah dan kampus juga diliburkan. Lalu, diganti dengan belajar secara online. Beberapa pegawai negeri work from home (WFH), bekerja dari rumah.
Sebaliknya berbagai isu yang semula hangat mulai mereda. RUU Omnibus Law yang penuh prokontra agak mereda. Isu calon presiden 2024 yang menyebut nama Prabowo Subianto, Puan Maharani dan Anies Baswedan rada tenggelam.
Demikianlah, corona menjadi isu aktual yang mendunia. Corona menjadi masalah bersama antarngara. Semua negara sibuk dengan corona. Ada yang memberlakukan lockdown seperti Malaysia. Ada yang membatasi pergerakan manusia antarnegara, maupun secara domestik.
Jika pun banyak negara yang membatasi arus manusia dan barang antarnegara bukan karena semangat ego-proteksionisme. Tapi semata-mata untuk menyelamatkan manusia dengan memutus arus penyebaran virus corona.
Kira-kira, penyebaran virus corona tidak menjelma bagaikan arus neoliberalisme yang melintasi antarnegara. Tetapi harus diputus. Lalu, masing-masing negara membentengi daya tahan dan stamina tubuh dan kesehatan warganya semakin berdaya menolak virus corona.
Antarnegara dan antardomestik telah dipersatukan oleh virus corona. Akan semakin baik jika antarnegara dan antardomestik saling berbagi pengalaman menghadapi corona. Berbagai hasil riset dan eksperimen eloklah saling share. Solidaritas dunia harus dibangkitkan.
Namun warga dunia tak boleh panik. Waspada oke, tapi tidak dirundung ketakutan. Sense of happy dan optimisme harus dipelihara sebagai senjata ampuh kemanusiaan. Ikuti saran pemerintah dan ahli kesehatan.
Ibarat menjaga ayah dan ibu yang sakit, jangan sampai anak-anak juga ikut jatuh sakit. Misalnya, menjadi kurang tidur dan istirahat, lalai makan dan alpa menjaga kesehatan. Mari bersama-sama melawan corona.