Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Alkisah, 8 Maret lalu adalah Hari Perempuan Sedunia atau Women’s Day. Kala itu, Ika Vantiani, seorang seniman di Jakarta mengkritik pemerintah, dan sudah ditulis beberapa media. Soalnya, defenisi perempuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebut, maaf, sebagai 'orang yang memiliki puki (vagina), dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui; wanita, (2) isteri, bini; (3) betina.
Bakan dalam turunannya, ada kata “perempuan geladak” yang berarti pelacur. Perempuan jahat yang buruk kelakuannya (suka menipu dan sebagainya). Perempaun jalang yang nakal dan liar yang suka melacurkan diri. Perempuan simpanan yang berati isteri gelap;
Ika malah pernah memostingnya di media sosial. Digambarkan seorang wanita yang menjual kaus memprotes definisi perempuan tersebut. Eh, responnya hangat. Banyak orang yang memesan untuk membelinya. Bahkan menjadi sangat viral hingga di bulan April ini di media sosial.
Menurut Ika, penjelasan KBBI itu sangat negatif dan tidak obyektif. Berlawanan dengan asal kata perempuan itu sendiri yaitu 'empu' atau ahli atau mahir.
Namun berbeda dengan penjelasan kata “wanita” dalam KBBI disebut sebagai perempuan dewasa. Bahkan “wanita karier” disebut sebagai mereka yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran, dan sebagainya). Toh, dalam penjelasan “wanita tunasusila” disebut sebagai pelacur.
Berbanding terbalik dengan arti kata “laki-laki” dalam KBBI disebut sebagai orang yang mempunyai zakar. Kalau dewasa memiliki jakun, dan adakalanya berkumis.
Bahkan, disebutkan bahwa laki-laki orang yang mempunyai keberanian, pemberani. Contohnya, ia bertindak sebagai laki-laki.
Apakah berarti perempuan itu penakut. Padahal Margaret Tatcher, PM Inggris pernah dijuluki sebagai “Iron Lady.” Ada juga palawan nasional Cut Nyak Dhien, Menteri Keuangan Sri Mulyani. Malah berbagai profesi yang digeluti kaum laki-laki sudah lama juga dilakoni oleh kaum perempuan.
Adapun kata “pria” diartikan KBBI sebagai laki-laki dewasa. He-he, malah “laki-kali idaman” diartikan sebagai laki-laki dewasa yang dijadikan dambaan (yang sangat diinginkan) oleh wanita.
Ah, KBBI kita sangat maskulin. Tidak adil, dong. Wanita idaman, wanita cantik, wanita pengasih dan penyayang, wanita cerdas, wanita solehah juga ada, kok.
Saya kira langkah Ika yang menggugat defenisi perempuan itu patut disokong. Bahkan mesti diarusutamakan, apalagi menyongsong Hari Kartini, 21 April 2020. Perempuan tak lagi sekadar berurusan dengan sumur, kasur dan dapur.