Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Saya jelajahi di situs-situs berita, potensi perputaran uang ke daerah pada mudik Lebaran 2019 tahun lalu hampir mencapai Rp 60 triliun. Syahdan, jumlah pemudik Lebaran 2019, menurut Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi mencapai 14,9 juta orang. Jika setiap orang rata rata membawa uang Rp 4 juta, maka uang yang mengalir ke daerah diperkirakan nyaris mencapai Rp 60 triliun.
Jika dihitung dengan jumIah pemudik dari Bandung, Surabaya, Semarang, Yogya dan kota-kota lainnya, jumlahnya bertambah lagi. Mayoritas uang itu beredar di kota-kota Pulau Jawa, serta sebagian di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Dana tersebut belum termasuk remitansi dari TKI Indonesia yang bekerja di luar negeri yang berjumlah hampir 9 juta orang. Jika setiap TKI mengirimkan Rp 1 juta per orang, maka daerah akan menerima perputaran tambahan sebesar Rp 9 triliun.
Tak pelak, ekonomi daerah bergerak dan bergairah. Belanja konsumsi masyarakat akan memberikan kontribusi dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Apalagi hampir 60 persen bersumber dari konsumsi masyarakat.
Duit itu banyak berputar di sektor pariwisata, oleh-oleh khas daerah, aneka produk UKM seperti makanan/kuliner dan kerajinan daerah, batik dan uang saku untuk keluarga yang ditinggalkan.
Tapi kini bagai antara langit dan bumi. Yang telanjur mudik sebelum pelarangan mudik sejak 24 April lalu, umumnya adalah yang kehilangan pekerjaan di Jabodetabek. Atau yang pendapatannya tergerus karena Covid-19. Alih-alih membawa uang, mereka malah menambah jumlah warga miskin dan menjadi beban di daerah.
Kalangan menengah yang pulang paska 24 April, boleh jadi akan membawa uang ke daerah, tapi mobil mereka diminta ”putar balik” oleh petugas check point. Begitulah kita saksikan lewat tayangan tivi.
Sebagian lagi, warga miskin yang memilih tak mudik, sekarang berharap dapat bantuan sembako atau bantuan langsung tunai (BLT) yang merata dari pemerintah.
Toh, ada yang nekat memilih mudik melewati jalan tikus, atau ngumpet dalam truk, tapi akhirnya ditangkap basah oleh petugas.
Demikianlah, potret mudik tahun lalu dan sekarang yang berubah 180 derajat gara-gara serbuan Covid-19. Kita berseru kepada segenap masyarakat agar bersatu melawan virus corona. Semoga badai wabah ini cepat berlalu.