Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Saya masih kelas 3 Sekolah Rakyat (SR) – kini SD – pada 1958 silam. Kala itu, pemberontakan PRRI terhadap pemerintah pusat berkecamuk di Sumatera, tak terkecuali di kota Sibolga.
Pernah suatu kali ketika PRRI. menduduki Sibolga. Tentara pusat mengebom tangki besar Pertamin (kini Pertamina) di Jalan Janggi Sibolga. Apinya berjilam-jilam. Asapnya berkepulan di angkasa bagaikan sudah mendekati rumah kami yang berjarak dua kilometer.
Kami penduduk di Kelurahan Sambas panik. Lalu, mengangkati barang-barang ke tepi gunung. Tapi, eh, rupanya asap api yang berkepulan itu karena ditiup angin. Bukan karena api sudah mendekati perumahan kami.
Sibolga memang silih ganti diduduki oleh PRRI dan tentara pusat. Dari balik dinding rumah, saya kerap menyaksikan baku tembak antara PRRI dan tentara pusat.
Belakangan, ramai penduduk kota yang mengungsi ke Pulau Poncan, 7 kilometer dari Sibolga di Samudera Indonesia. Banyak pula yang berjualan bahan pokok, laiknya sebuah kota baru. Ayah pun sempat membawa kami mengungsi ke Pulau Poncan selama tiga hari.
Tapi setelah tentara Siliwangi didatangkan dari Pulau Jawa ke Sibolga, PRRI tak lagi pernah menduduki kota itu.
Sekarang ketika bangsa ini “berperang” melawan Covid-19, kemana mau mengungsi. Di banyak kota corona juga sudah mewabah. Ada pula pembatasan pergerakan orang antarkota dan antarpulau. Belum lagi larangan mudik lebaran.
Saya ingat ceramah Ustad Abdul Somad di tivi, bahwa dia pernah menyitir hadis Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Menurut Somad yang berasal dari Asahan ini, hadis itu sudah diterapkan beberapa negara dengan menutup akses sementara (lockdown) untuk menekan penyebaran virus corona.
Dalam hadis itu, Rasul melarang umatnya mendatangi tempat yang dilanda wabah penyakit. Rasul juga melarang umatnya untuk pergi ke tempat lain dari tempatnya yang terserang wabah. Wah, semacam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga.
Saya kira, lebih baik berada di tempat, di rumah, menerapkan protokol kesehatan. Sering mencuci tangan, jaga jarak, hindari kerumunan, berolahraga dan makanan yang bergizi.
Kini, ketika pandemi Covid-19 berkecamuk, cerita mengungsi di masa pemberontakan PRRI hanya tinggal kenang-kenangan.