Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Bargot gamang membaca pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 hanya 2,97%. Salah satu penyebabnya karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat dari 5% di kuartal I-2019 menjadi 2% di kuartal I-2020.
Syahdan, Bargot membaca komentar para pakar bahwa daya beli atau tingkat konsumsi rumah tangga memiliki andil besar terhadap pembentukan ekonomi Indonesia. “Sekitar 56%, Porjan,” ujar Bargot kepada sahabatnya, saat berbincang melalui telepon seluler.
Konsumsi rumah tangga hanya tumbuh di level 2,84% dibandingkan kuartal I-2019 sebesar 5,02%. Bagaikan mahasiswa ekonomi, Porjan bertanya, “mengapa pertumbuhan konsumsi bisa melambat.” “Ya, karena daya beli masyarakat anjlok, sehingga kegiatan konsumsi tidak bergairah," sahut Bargot, mengutip para pengamat.
Pertumbuhan ekonomi melambat juga karena berkurangnya permintaan barang dan jasa. Beberapa industri terdampak kemudian melakukan PHK. Ujungnya daya beli kembali menurun.
Bargot lalu mengutip Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengungkapkan, pemerintah sudah menyiapkan skenario pertumbuhan, yakni 2,3% dan skenario terburuknya kontraksi atau -0,5%.
Jika ekonomi RI di 2020 berada di skenario terburuk maka konsumsi tahun ini bisa mendekati 0%. Hal itu tentu bergantung pada kondisi pandemi yang saat ini tengah terjadi.
Kalau di 2,3% itu artinya konsumsi masih tumbuh positif. Kalau sampai di -0,5% barangkali konsumsi sebagian mengalami pertumbuhan nyaris 0% secara over all.
“Tapi, jangan pesimitis, Porjan,” ujar Bargot. Indonesia masih mempunyai tiga kuartal lagi tahun ini. Kalau kuartal II kondisi PSBB meluas mungkin akan merosot. “Kita berharap di kuartal III dan IV bisa agak sedikit pulih," kata Bargot, mengutip Sri Mulyani.
Skenario terburuk itu, perekonomian minus. Jumlah total output dari kegiatan ekonomi di Indonesia selama 2020 diprediksi lebih kecil dibandingkan tahun 2019.
Jika itu terjadi, maka akan berdampak pada turunnya aktivitas ekonomi, sehingga tidak banyak yang bisa dikerjakan dalam dunia ekonomi.
Tak ayal, kegiatan ekonomi yang semakin ciut, maka perusahaan tidak bisa menjalankan usahanya seperti biasanya. Semakin sempit kegiatan bisnis akan memaksa perusahaan melakukan PHK.
Pengangguran menaik. Pendapatan masyarakat berkurang. Akibatnya, banyak masyarakat yang jatuh miskin. “Aduh, mengerikan Semoga tidak terjadi, Porjan," cetus Bargot.