Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Angka-angka itu melonjak. Dari semula sekitar 400-an hingga 500-an pertambahan mereka yang positif corona, bertambah menjadi 900-an pada Kamis, 21 Mei lalu. Mereka yang terjangkit Covid-19 pun tembus 20.000-an orang.
Pelonjakan angka-angka itu mencemaskan kita. Alih-alih melandai atau menurun malah melejit luar biasa. Kemarin, Jumat, 22 Mei, pertambahan yang terjangkit Covid-19 masih mencapai 634 orang hingga total 20.796 orang.
Harapan kita bahwa populasi Covid-10 semakin menurun pun terkoreksi. Kita belum melihat tanda-tanda penularan wabah corona semakin menciut.
Belum ada penjelasan, apakah pelonjakan itu berkolerasi dengan kebijakan pemerintah yang membolehkan transportasi udara, laut dan darat beroperasi kembali. Walau dengan catatan bahwa mudik lebaran tetap dilarang.
Memang, berbagai syarat yang ketat diberlakukan. Antara lain mempunyai surat tugas dan rekomendasi kesehatan. Tapi semenjak itu berbagai bandara yang semula sepi kembali ramai. Padahal PSBB (pembatasan sosial berskala besar) belum dicabut.
Kerumunan orang juga tampak di berbagai pasar. Masyarakat yang hendak berlebaran ramai berbelanja. Para pedagang yang sudah lama tak berjualan pun mengambil peluang mencari rejeki. Protokol kesehatan tentang menjaga jarak pun melonggar.
Kerumunan orang juga terjadi ketika masyarakat penerima Bantuan Sosial Tunai ramai-ramai ke kantor pos. Bahkan, di sementara tempat, pembagian sembako kepada yang terdampak Covid-19 pun menimbulkan kerumuman orang. Padahal, sekali lagi PSBB masih berlaku.
Serba salah. Persis bagaikan makan buah simalakama. Dimakan mati emak, tak dimakan mati ayah.
Fenomena yang saling kontradiktif ini membuat sebuah sistem yang membatasi pergerakan orang maupun peniadaan kerumunan tidak ampuh. Padahal sebuah sistem hanya efektif jika penafsirannya tunggal. Jika dilarang, ya, dilarang. Tak ada kata boleh, atau kecuali ini dan itu.
Sistem menjadi macan kertas jika tak diikuti oleh masyarakat. Apalagi sanksi yang tegas dan keras pun tak diberlakukan. Tabik!