Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Sayup-sayup suara takbiran Idulfitri terdengar dari kejauhan. Kala itulah, Tina merindukan suaminya yang telah lama meninggalkan rumah. Pergi tanpa pesan. Tak berkabar berita pula.
Demikianlah adegan awal drama “Ayahku Pulang” karya Usmar Ismail. Naskah ini sangat kerap dipentaskan oleh grup teater di banyak kota di negeri ini.
Syahdan, Tina berkeluh kesah kepada anak sulungnya, Gunarto. Namun Gunarto berang. Gunarto teringat betapa sang ayah meninggalkan keluarga dalam belitan penderitaan.
Gunarto dan dua adiknya berkembang tanpa kehadiran seorang ayah. Eh, tiba-tiba adik lelakinya, Maemun bercerita bahwa ada seorang tua yang konon mirip ayah mereka. Namun, Gunarto tidak percaya.
Tiba-tiba adik Gunarto, Mintarsih pulang ke rumah. Dia mengabarkan ada orang tua seperti pengemis yang memandangi rumah mereka.
Tina yakin bahwa itu adalah suaminya, Raden Saleh, yang 20 tahun silam meninggalkan rumah di suatu malam Lebaran, seperti hari itu.
Tapi kini Saleh pulang dengan sosok seperti pengemis. Tidak lagi kaya raya seperti dulu. Ibu merasa senang, menyuruh Saleh masuk dan meminta anak-anaknya menghampiri sang ayah.
Namun kebencian Gunarto justru meledak. Dia kenang lagi kesengsaraan yang dialami selama ditinggalkan ayahnya. Amarah Gunarto memuncak. Dia malah mencuaci maki sang ayah.
Saleh sangat terpukul. Pelan-pelan dia beranjak pergi. Maemun berusaha mencegah, namun Saleh telah berlalu. Dia, astaga, bunuh diri dengan terjun dari jembatan ke dalam sungai. Dia hanya meninggalkan kopiah dan baju saja.
Tak pelak, Gunarto tiba-tiba menyadari penyebab ayahnya bunuh diri adalah dirinya sendiri. Di sela-sela isak tangis ibu dan kedua adlknya, dia berteriak histeris: “Ayahku pulang,” berulang kali. Sementara, suara takbiran terus bergema.
Sebuah kisah yang melodramatis. Tapi saya merasa kisah ini tidak khas Indonesia. “Ayahku Pulang” adalah karya yang diadaptasi oleh Usmar Ismail dari drama karya seniman Jepang, Kikuchi Kan, berjudul "Chichi Kaeru" pada 1917.
Drama Jepang ini mengangkat tema konflik keluarga ketika tokoh ayah meninggalkan keluarga 20 tahun sebelumnya, kembali ke rumah. Jepang memang terkenal dengan tradisi harakiri alias bunuh diri.
Saya nukilkan drama ini untuk memperkaya literasi kita. Semoga menjadi inspirasi agar benih-benih kasih sayang bersemi di setiap keluarga. Selamat hari raya Idulfitri, minal aidin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.