Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Sejak masuknya pandemi virus Corona atau COVID-19 di Maret 2019, pasar modal Indonesia pun turut terguncang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga menyentuh level 3.900an.
Anjloknya IHSG disebabkan banyaknya saham-saham yang berguguran akibat aksi tarik dana para investor dalam jumlah besar.
Kondisi ini tentu merugikan bagi perusahaan investasi seperti PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Portofolio perusahaan turun ketika banyak saham dari anak usahanya juga mengalami koreksi.
Namun perusahaan yang 21,5% sahamnya dimiliki Sandiaga Salahuddin Uno ini justru melihat sebaliknya. Anjloknya IHSG dinilai sebagai peluang bagi perusahaan untuk belanja saham emiten.
"Kami melihat ada opportunity yang bagus, karena selama 1-2 bulan lalu, IHSG terkoreksi. Kami melihat ada opportunity bisa membeli perusahaan yang masih baik namun karena pandemi harga sahamnya turun," kata Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya Devin Wirawan dalam paparan publik yang digelar virtual, Rabu (17/6/2020).
Devin mengatakan saat ini justru Saratoga tengah aktif berburu perusahaan yang hendak dibeli sahamnya. Saratoga juga mengincar saham-saham perusahaan yang sebelumnya harganya dianggap terlalu mahal.
"Kami sebenarnya akan lebih aktif jika harga market dalam keadaan terkoreksi. Karena risiko kita masuk dengan bayar yang lebih mahal jadi lebih kecil. Kami sedang analisa beberapa perusahaan yang sebelumnya harganya tidak terjangkau, saat ini malah masuk dalam harga yang menurut kita masuk akal," tambahnya.
Devin mengaku saat ini Saratoga sedang melakukan beberapa due diligence dalam rangka membeli saham perusahaan baru. Namun prosesnya masih sedikit terkendala akibat adanya PSBB.
"Ada beberapa perusahaan sekarang masih dalam tahap diskusi. Kita harapkan 6 sampai 1 tahun ke depan ada 1-2 perusahaan terealisasi," tuturnya.
Saratoga Investama Sedaya tahun ini menyiapkan anggaran US$ 50-100 juta untuk belanja investasi. Perusahaan masih akan fokus berinvestasi pada perusahaan di 3 sektor utama yakni infrastruktur, sumber daya alam dan konsumsi.(dtf)