Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara (Sumut) maupun nasional merealisasikan angka dari perkiraan yang paling buruk sebelumnya. Di triwulan II-2020, PDB nasional minus 5,32% dan Sumut merealisasikan pertumbuhan negatif 2,37%.
Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, sinyalemen kemungkinan pertumbuhan minus di atas 2% memang pernah diutarakannya di pertengahan Juni lalu. "Tetapa saya tak menyangka juga bisa benar-benar melewati batas tersebut. Karena memang saya memproyeksikan kemungkinan resesi Sumut sebelumnya di angka minus 1,6% dan yang terburuk lebih dari minus 2%. Jadi Sumut merealisasikan pertumbuhan ekonomi dalam skenario terburuk," katanya, Rabu (5/8/2020).
Gunawan mengatakan, realisasi PDB Sumut ini sangat mengecewakan dan jelas bukan kabar baik. Karena pertumbuhan minus 2,37% itu terjadi justru saat pembatasan sosial yang diberlakukan di Sumut tidak seketat wilayah lain yang melakukan PSBB. Artinya apa? Ekonomi Sumut terpuruk saat justru pemerintah daerahnya tidak melarang secara ketat aktivitas ekonomi masyarakat layaknya wilayah lain di Indonesia khususnya Pulau Jawa.
"Jadi proses pembalikan arah di Sumut saya pikir kekuatannya akan sulit untuk memacu pertumbuhan di atas 0% pada triwulan III ini. Meski sedari awal saya tetap yakin Sumut memiliki peluang lebih baik untuk keluar dari resesi dibandingkan ekonomi nasional, tapi usaha yang dibutuhkan harus ekstra keras," kata Gunawan.
Gunawan mengatakan, kalau seandainya Sumut merealisasikan pertumbuhan ekonomi minus 1,6% di triwulan II, Sumut tadinya diperkirakan bisa mendongkrak pertumbuhannya di atas 0% di triwulan III. Nah selanjutnya, indikator ekonomi di triwulan III khususnya di bulan Juli ini, justru mencatatkan realisasi data yang buruk.
Seperti di awal triwulan III ini, Sumut mengalami deflasi. Angkanya cukup signifikan 0,25% yang meski memang dikarenakan oleh tren penurunan harga komoditas yang di bulan Juni sempat meroket. Tetapi Juli ini adalah momen kenaikan kelas dan Idul Adha yang seharusnya juga tidak seharusnya merealisasikan deflasi besar.
"Jadi daya beli masih menjadi masalah. Dan selanjutnya adalah masih banyak bentuk bantuan pangan yang beredar di masyarakat. Saya tekankan lagi, kalau mau pertumbuhan ekonomi di akselerasi, maka ekonomi harus diputar. Caranya dengan bantuan tunai. Saat masyarakat dapat bantuan tunai, mereka akan bergerak (belanja) dan ekonomi akan berputar," katanya.
Jika merujuk pada data PDB triwulan II ini, Sumut kian dekat dengan kemungkinan resesi dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya. Meksipun masih ada kesempatan untuk bangkit, tetapi ini bukan pekerjaan mudah. Sumut butuh pemimpin yang mampu berinovasi menelurkan kebijakan jitu agar bisa keluar dan resesi.