Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Maurizio Sarri sudah didepak dari kursi kepelatihan Juventus. Arrigo Sacchi menilai keputusan Juventus memecat Sarri terlalu terburu-buru.
Sarri kehilangan pekerjaannya di Juventus setelah gagal di Liga Champions. Mantan pelatih Napoli dan Chelsea itu sejatinya berhasil mengantarkan Bianconeri mengalahkan Lyon 2-1 di leg kedua 16 besar Liga Champions.
Kemenangan tersebut membuat agregat pertandingan menjadi 2-2 setelah Lyon sempat menang 1-0 di pertemuan pertama. Juventus terdepak dengan kalah agresivitas gol tandang.
Secara keseluruhan, Juventus sebetulnya cuma sekali kalah di Liga Champions selama dibesut Sarri. Enam laga lainnya berakhir dengan kemenangan dan satu imbang.
Sarri juga sudah berhasil membawa Juventus memenangi Scudetto. Meski gelar juara itu didapat dengan susah payah, yang di anataranya terdapat tujuh kekalahan. Juventus bahkan kebobolan 43 kali di Liga Italia.
Scudetto saja tak cukup untuk menyelamatkan Sarri. Juventus sebetulnya lebih sangat berambisi dengan gelar Liga Champions, yang terakhir dimenangi pada 1996.
"Sarri telah menjalani 'Mission Impossible' di Juventus. Dia membutuhkan kesabaran dan kolaborasi dari klub, tetapi direktur Juventus selalu percaya pada nilai-nilai yang berbeda. Moto Juventus adalah: menang adalah satu-satunya hal yang penting," kata mantan pelatih AC Milan dan direktur sepakbola Real Madrid, Sacchi, di La Gazzetta dello Sport.
"Dengan begitu Anda mengabaikan faktor-faktor seperti prestasi, keindahan, emosi, hiburan, harmoni, budaya, dan evolusi," sambungnya.
Para pemain Bianconeri sepertinya tidak pernah menerima atau bahkan memahami pendekatan Sarri terhadap sepakbola satu sentuhan dan pergerakan konstan terhadap bola, masalah yang juga dia temukan di Chelsea.
"Sarri mewarisi tim yang puas dan lelah dengan delapan gelar Serie A berturut-turut, dengan usia rata-rata yang terus bertambah," Sacchi mengungkapkan
"Tim terlalu banyak individual yang tidak ingin berlari dan berjuang untuk rekan satu timnya. Sangat utopis untuk berpikir Sarri bisa membawa harmoni dan persatuan ke skuad tua, 11 pemain tidak terbiasa bekerja kolektif, baik bertahan dan menyerang."
"Di Eropa, tim-tim yang mendominasi cenderung kolektif, dengan pendekatan menyerang. Di Italia, mereka cenderung menang dengan sepakbola defensif dan individualistis."
"Andrea Agnelli, Presiden yang hebat, telah mencoba melepaskan diri dari masa lalu dengan mempekerjakan Sarri. Dia mencoba untuk bergerak menuju masa depan, tapi sayangnya tidak memiliki kesabaran untuk melihatnya," Sacchi menyesali. dtc