Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tulungagung. Perbaikan ekonomi selalu menjadi dambaan bagi para pekerja migran Indonesia (PMI) yang merantau ke berbagai negara. Namun terkadang kenyataan berbeda dengan harapan, hal inilah yang dialami Dicky Kurniawan warga Kaliwungu, Kecamatan Ngunut, Tulungagung, yang bekerja di Arab Saudi.
Pria 36 tahun tersebut kini terlunta-lunta di perantauan akibat sakit yang dideritanya. Celakanya, ia tidak bisa mendapatkan perawatan di klinik maupun rumah sakit, karena keterbatasan biaya serta tidak memiliki Ighomah atau sejenis KTP (kartu identitas diri).
"Suami saya itu sakitnya berak darah. Di sana itu gajinya telat-telat, bahkan sekarang dia sudah dipecat oleh majikannya, jadi sudah tidak ada penghasilan," kata istri Dicky, Lailul Khoiriyah, kepada wartawan, Minggu (6/9/2020).
Saat ini Dicky tinggal di rumah majikannya di kawasan Abha, Arab Saudi, bersama rekannya sesama pekerja migran. Selama berada di rantau, teman-temannya itulah yang turun tangan membantu dan merawat Dicky.
"Padahal teman-temanya itu juga susah, karena gajinya telat-telat," ujarnya.
Dari cerita sang suami, lantaran upah yang diterima tersendat, berdampak pada permukaan kebutuhan makan. Bahkan saat kondisi terpaksa, mereka rela memungut makanan dari tong sampah.
Lailul mengaku selalu gelisah dengan kondisi yang dialami Dicky, terlebih yang bersangkutan tidak bisa pulang ke tanah air lantaran tidak kuat membayar denda ke majikan sebesar 4.000 Riyal. Uang itu untuk mengurus dokumen keimigrasian yang telah mati.
"Dia bilang kalau kambuh badannya sakit sekali. Saya ingin suami saya pulang, saya tidak tahu harus kemana lagu minta bantuan," ujarnya.(dtc)