Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Direktur Eksekutif Next Policy, Fithra Faisal Hastiadi menilai penyerapan anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Tanpa anggaran PEN, ekonomi nasional bisa makin terpuruk di zona negatif.
Fithra mengatakan, jika anggaran PEN terserap 100% maka bisa berkontribusi sekitar 3,8% terhadap perekonomian nasional. Saat ini, realisasi pertumbuhan ekonomi nasional minus 3,49% di kuartal III-2020.
"Stimulus memang perlu diasah lagi, dengan 50% (penyerapan) kemarin sudah menopang pertumbuhan 1%," katanya saat menjadi pembicara di Polemik Trijaya tentang Efek Resesi di Tengah Pandemi, Sabtu (7/11/2020).
Tanpa stimulus yang dialokasikan pemerintah pada anggaran PEN, Fithra menyebut pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun ini bisa makin dalam minusnya.
"Tanpa stimulus ini kuartal III bisa lebih dalam kontraksinya. Apalagi kalau 100% itu ada 3,88% buat pertumbuhan ekonomi," jelasnya.
Menurut dia, perekonomian Indonesia lebih diuntungkan karena bergantung terhadap konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 57% terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB).
Saat ini, dikatakan Fithra pemerintah harus membuat kelas menengah ke atas Indonesia berani membelanjakan dananya lebih banyak lagi. Bersamaan dengan itu, pemerintah juga tetap menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat yang masuk dalam kelompok 40% terbawah.
Sementara anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Fraksi PKS, Anis Byarwati menyoroti tingkat penyerapan anggaran PEN yang sebesar Rp 695,2 triliun. Dia khawatir pemerintah tidak bisa menyerap anggaran hingga 100% di sisa waktu sampai akhir 2020.
"Untuk stimulus sampai September ini sudah 52%. Jadi dari Rp 695,2 triliun ini baru 52% padahal ini tinggal 2 bulan, sampai akhir bulan ini masih ada Rp 300 triliun yang ngendap, sehingga membuat PEN belum terasa di masyarakat," kata Anis.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengumumkan progres pencairan anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) sudah mencapai Rp 361,5 triliun atau 52,0% dari pagu Rp 695,2 triliun. Pencairan tersebut tercatat per 26 Oktober 2020.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu dalam acara Simposium Nasional Keuangan Negara (SNKN) 2020 secara virtual, Rabu (4/11/2020).
Anggaran program PEN yang mencapai Rp 695,2 triliun ini terdiri dari 6 klaster. Pertama klaster kesehatan yang anggarannya Rp 87,55 triliun sudah terealisasi 35,1% atau Rp 30,74 triliun. Klaster perlindungan sosial sudah terealisasi 85,3% atau Rp 174,06 triliun dari total anggaran Rp 203,9 triliun. Klaster sektoral K/L dan Pemda sudah terealisasi 26,9% atau Rp 28,61 triliun dari total anggaran Rp 106,11 triliun.
Selanjutnya, klaster insentif usaha sudah terealisasi 29,4% atau Rp 35,49 triliun dari total anggaran Rp 120,61 triliun. Klaster dukungan UMKM sudah terealisasi 75% atau Rp 92,6 triliun dari total anggaran Rp 123,46 triliun%. Terakhir, klaster pembiayaan korporasi sudah cair Rp 1 miliar dari total anggaran Rp 53,57 triliun.(dtf)