Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengeluh karena sulitnya mendapatkan pinjaman murah dari perbankan. Padahal, pinjaman murah ini bagian dari program pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi nasional (PEN).
"Dalam kesempatan ini kami mau sampaikan bahwa dana PEN yang dialokasikan lewat 15 bank, sampai hari ini belum bisa diakses oleh peritel," kata Ketua Umum Aprindo, Roy Mandey saat menjadi pembicara di Polemik Trijaya tentang Efek Resesi di Tengah Pandemi, Sabtu (7/11/2020).
Melalui program PEN, pemerintah sudah menempatkan dana ke belasan perbankan nasional mulai dari empat bank BUMN alias Himbara, maupun beberapa bank pembangunan daerah (BPD).
Ke empat bank BUMN, pemerintah sudah menempatkan dana sekitar Rp 30 triliun dan ke BPD sekitar Rp 11,5 triliun. Adapun, bunga yang diberikan dari pinjaman ini sekitar 2,8% atau di bawah tingkat bunga pada umumnya.
"Apa pinjaman itu untuk sektor hulu saja, hilir nggak kebagian? Karena kebanyakan sekarang bunga mahal 10-12 persen, belum ada bunga murah 2,8 persen seperti yang diberikan Satgas PEN," jelasnya.
Dengan kondisi seperti itu, Roy berharap pemerintah segera menindaklanjuti dan memudahkan pengusaha ritel untuk mendapat pinjaman murah dari perbankan, khususnya para ritel di daerah. "Sekarang kita sangat bleeding, kondisi sangat tergopoh-gopoh," katanya.(dtf)