Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Jumlah hari libur akhir tahun yang akan dikurangi membuat sektor perhotelan makin tercekik. Tanpa adanya mobilitas orang, okupansi hotel jadi makin rendah.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mantap untuk mengurangi hari libur akhir tahun karena dianggap menjadi penyebab makin tingginya kasus Corona di Indonesia. Dari keputusan itu, sektor pariwisata termasuk perhotelan berada dalam posisi yang tidak diuntungkan.
Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran kepada detikTravel. Yusran mengungkapkan bahwa sektor perhotelan amat bergantung pada mobilitas orang ketika liburan untuk mendulang pemasukan.
"Kami dalam posisi tentu kalau dibilang kecewa, ya kecewa. Karena yang tadinya menjadi harapan terjadi peningkatan konsumen, pergerakan menjadi berkurang," katanya.
Sudah 9 Bulan, Okupansi Hotel Belum Naik
Ia menyampaikan, memasuki bulan kesembilan pandemi Corona, hotel belum mengalami peningkatan okupansi yang signifikan. Tingkat okupansi juga masih jauh di bawah kondisi normal.
"Kalau kita lihat dari bulan April tentu iya terjadi peningkatan. Namun peningkatan yang kita alami belum dapat memenuhi untuk menguatkan posisi perusahaan dari sisi cash flownya. Yang kedua dari sisi serapan tenaga kerjanya masih sangat minim karena okupansi rendah," ujarnya.
"Hotel sudah memasuki bulan kesembilan (pandemi) Corona, rata-rata okupansi 20-30 persen. Itu adalah okupansi yang terlalu rendah. Kalau kita bandingkan dengan year on year (YoY), okupansi terendah itu adalah 40 persen di posisi cuma satu kali dalam 12 bulan setiap tahun," ia menjelaskan.
Berkaca dari libur panjang di bulan Oktober 2020, Yusran mengatakan memang terjadi peningkatan okupansi sekitar 5 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan demikian, libur panjang memang berkontribusi pada pemasukan hotel.
Akan tetapi dengan keputusan pengurangan jumlah hari libur, Yusran menaksir okupansi hotel tidak akan naik.
"Tutup tahun prediksinya 20-30 persen," ujarnya.
"(Pengurangan libur) sangat tidak menguntungkan kalau bagi kami. Dengan libur saja belum tentu menutupi apalagi dengan pengurangan libur akhir tahun tersebut," pungkasnya.(dtt)