Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Seniman asal Bali, Nyoman Nuarta yang desainnya dipilih jadi desain Istana Negara di Ibu Kota Baru, Kalimantan Timur menjelaskan alasannya memilih bentuk burung garuda sebagai desain Istana Negara.
Menurut Nyoman, sejak diperkenalkan dan diresmikan dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Presiden Soekarno, 11 Februari 1950, Garuda Pancasila resmi menjadi lambang negara Indonesia. Sejak itu pula burung Garuda tidak hanya dikenal sebagai burung mitologis, sebagaimana telah ditemukan dalam berbagai peninggalan arkeologis dan kitab-kitab klasik, tetapi telah menjelma menjadi pemersatu bangsa.
Menurutnya sosok Garuda yang kuat, tak kenal menyerah, disiplin, penuh dedikasi, satya wacana, serta pemelihara keseimbangan dunia, benar-benar telah menjadi inspirasi seluruh bangsa.
Kini ketika menyebut kata Garuda, sambungnya, maka akan selalu identik dengan negara besar yang memiliki luas daratan mencapai 1.919.440 kilometer persegi serta lebih dari 17.508 pulau dengan sekitar 714 suku bangsa, yang memiliki 1.100 bahasa.
"Sekarang, kalau menyebut nama burung Garuda, maka itulah Indonesia, negeri dengan sejarah panjang, yang dikarunia keragaman etnis dan bahasa, serta hutan tropis dengan kekayaan vegetasi yang tak ternilai harganya. Itu artinya, ketika kita menyebutkan nama Garuda, maka itulah sebuah rumah besar (istana) bagi persaudaraan, persatuan, dan kerukunan hidup bersama. Apalagi kalau kita ingat semboyan yang tertulis dalam pita yang dicengkeram hari-jari kaki Garuda, Bhineka Tunggal Ika, kita berbeda tetapi tetap menjadi satu jua," ujar Nyoman dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikcom, Kamis (1/4/2021).
Jadi pada posisi itu Istana Negara, tambah Nyoman Nuarta, akan menjadi simbol pemersatu bangsa, yang diharapkan dapat mengatasi segala perbedaan, segala silang pandang, segala keragaman adat istiadat dan prilaku, dan bahkan perbedaan kepercayaan dan agama.
"Simbol persatuan yang dilekatkan pada Garuda, dalam Istana Negara akan benar-benar ditransformasikan dan diwujudkan dalam sebentuk pola arsitektur dengan mempertimbangkan aspek-aspek estetik, nilai guna, serta manfaat bagi kemajuan dunia pariwisata Tanah Air," katanya.
Rancangan Sosok Garuda Istana Negara dirancang sebagai sesosok patung Garuda yang tidak berhenti hanya sebagai landmark sebuah kawasan, tetapi lebih-lebih adalah perwujudan pencapaian sinergi antara seni, sains, dan teknologi.
"Sebagai negara dengan keragaman kebudayaan yang kaya, Indonesia harus lahir menjadi satu-satunya negara di dunia yang berhasil memadukan secara pekat antara seni, sains, dan teknologi," tambahnya.
Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali misalnya, telah dirancang menjadi magnet baru bagi pergerakan kebudayaan dunia dengan sepandai-pandainya menggunakan industri pariwisata, yang telah menjadi industri jasa penghasil devisa terbesar di dunia.
"Dalam tubuh patung Garuda, presiden akan berkantor, ditambah dengan unsur-unsur pendukung seperti sekretariat negara, sekretaris kabinet, dan kantor staf presiden," ucapnya.
Lebih lanjut, Nyoman menambahkan, wujud burung Garuda, tidak berhenti sebagai sosok patung yang besar, tetapi menjadi karya arsitektural yang memadukan seni dan struktur bangunan gedung.
"Inilah perpaduan antara unsur-unsur estetika dan desain," imbuhnya.(dtf)