Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menikmati Indonesia dalam tempo satu hari bisa dilakukan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Populer sebagai liburan keluarga, TMII awalnya dibuat bukan untuk wisata.
Sejarahnya, TMII digagas pada tahun 1971 oleh Siti Hartinah alias Bu Tien, istri dari Presiden Soeharto. TMII dibangun oleh Yayasan Harapan Kita pada tanggal 30 Juni 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975.
Pada tanggal 29 November 1971, melalui tim khusus rencana induk proyek TMII, biaya pembangunan diperkirakan sebesar Rp 10,5 miliar.
Setelah itu, dilakukan feasibility study (FS) oleh Biro Konsultan bernama Nusa Konsultans. Pada tanggal 17 Februari 1972, pengukuran tanah TMII selesai. TMII sendiri awalnya dibangun di atas lahan seluas 100 hektare (Ha), dan kini sudah berkembang menjadi 150 Ha.
"Di atas tanah 150 hektare itu terdiri dari 21 museum yang di dalamnya ada 11 museum pemerintahan, tujuh tempat ibadah dan kemudian ada 33 anjungan provinsi," ujar Direktur Utama TMII, Tanribali Lamo, dalam jumpa pers di Perpustakaan TMII, Jakarta Timur, Minggu (11/4/2021).
Selain itu, TMII memiliki 33 anjungan. Anjungan ke 34, Kalimantan Utara masih dalam proses penunjukan tempat.
"Anjungan sendiri menempati tempat 65 persen dari 130 hektare tanah di TMII ini. Yang terbesar adalah anjungan," dia menjelaskan.
Saat ini, TMII sedang melakukan renovasi dua anjungan, yaitu Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Dua provinsi tersebut membuat anjungan baru di TMII.
Fakta menariknya ternyata anjungan yang mewakili tiap provinsi di Indonesia itu benar-benar perwakilan daerah, lo.
"Kegiatan yang dilakukan di anjungan tidak masuk pada proses kegiatan di TMII. Jadi, kalau mereka melaksanakan kegiatan di salah satu anjungan, mereka harus langsung melaporkannya ke pemerintah provinsi," ujar dia.
Misalnya, ada suatu kegiatan yang dilakukan di anjungan provinsi Sumatera Barat maka tim pelaksana harus melaporkannya ke pemerintah daerah provinsi Sumatera Barat.
"Sehingga, TMII tidak diciptakan sebagai tempat wisata tapi lebih dari pada fokus edukasi dan kebudayaan," dia menjelaskan.(dtc)