Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sejak awal pandemi Covid-19, banyak usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terpuruk dan tidak sedikit diantaranya gulung tikar alias tutup. Pandemi yang mengharuskan masyarakat wajib mematuhi protokol kesehatan (prokes) 3M yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak otomatis membuat gerak UMKM terhenti. Dan prokes yang semakin diperketat dengan mengharuskan masyarakat menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas tentu semakin membuat UMKM tak berkutik.
Memang, sudah ada beberapa UMKM yang mulai beralih ke digital. Sayangnya, jumlahnya masih sedikit dibandingkan dengan yang bertahan berjualan dengan cara konvensional. Persoalan tingkat pendidikan, langganan, modal dan banyak faktor lainnya menjadi alasan para pelaku usaha kecil ini tetap berjualan secara konvensional.
Dan setelah masuk masa New Normal, UMKM mulai berbenah dan ada yang mencoba bangkit dengan modal dari tabungan yang terbatas. "Tentu harus mencoba bangkit dan berani ambil risiko. Jika menunggu sampai pandemi berakhir, kita tak mungkin bertahan," kata Sulaiman, salah satu pelaku UMKM di Kota Medan, Rabu (28/7/2021). Bergerak di bidang kuliner, usahanya sempat gulung tikar untuk kemudian mencoba bangkit lagi di bulan April 2020 silam. Berlokasi di Medan Marelan, usaha yang diberi nama Warkop Mas Seno itu memang menemui banyak rintangan. Di tahun 2020 lalu, omset yang diperoleh naik turun karena situasi pandemi dan usaha yang tidak stabil.
Namun tahun ini, tuturnya, omsetnya sudah mulai stabil meski belum besar. Dengan tetap disiplin menerapkan prokes, usahanya sudah mulai lancar dan omset stabil. "Mungkin karena usaha saya berada di dalam gang, jadi belum banyak orang tahu," ungkapnya, seraya menambahkan bahwa ia yakin usahanya akan bangkit dan besar apalagi dia tetap menjaga kualitas es Boba yang dijualnya. Meski harga murah, namun es Boba yang dijualnya berkualitas karena menggunakan susu kental manis impor dan susu cair berkualitas termasuk boba yang digunakan juga bermerek.
"Kalau orang yang sudah pernah beli di sini, sudah tahu rasa dan kualitas. Kita berani bersaing dengan es Boba dengan brand merek terkenal waralaba itu. Es Boba kita boleh dibandingkan dengan es boba sejenis, pasti kita berkualitas," tutur Sulaiman. Bahkan, ia pun sudah berencana akan segera membuat merek atau brand es Boba miliknya.
Sayangnya, PPKM Darurat yang kini berlaku di Kota Medan menjadi tantangan berat bagi Sulaiman maupun pelaku UMKM lainnya. Kota Medan yang masuk dalam 'list' PPKM Darurat atau saat ini disebut PPKM Level 4 dan akan berlaku hingga 2 Agustus 2021, memberikan dampak yang sangat besar bagi pelaku UMKM. Betapa tidak, pembatasan jam operasional membuat waktu untuk berdagang semakin sedikit yang otomatis mempengaruhi penghasilan.
"Bayangkan jika pelanggan yang baru pulang kerja kemudian melintas di depan usaha, sambil menunggu kemacetan di jalan biasanya dia akan singgah sambil makan. Saat PPKM Darurat diberlakukan, usaha makanan dan minuman tidak diperbolehkan makan di tempat, maka usahanya kehilangan pelanggan. Dampaknya, omset akan merosot tajam. Bisa turun sampai 50%," katanya.
Dia menilai dengan diberlakukannya PPKM, harus ada insentif ke pelaku UMKM salah satunya dengan memberikan bantuan kepada pelaku usaha. Seperti subsidi listrik dan bantuan lainnya. "Tapi harus ada database dulu. Database pelaku UMKM agar mudah menyalurkan insentif nantinya," tuturnya.
Dia mengaku, selama pandemi melanda hingga membuat usaha sebelumnya yakni bakso dan jagung bakar terseok-seok hingga akhirnya gulung tikar, tidak ada bantuan apa pun yang didapatnya dari pemerintah. Meski saat itu, banyak bantuan yang disalurkan Presiden RI Joko Widodo dari pusat ke daerah untuk stimulus pelaku UMKM namun dirinya sama sekali tidak memperoleh bantuan apa pun.
Padahal, dia mengaku saat menjalankan usaha tersebut, dia memiliki izin usaha dari Kelurahan setempat. Hingga saat ini, dia menjalankan usaha Warkop Mas Seno sudah memiliki izin usaha Nomor Induk Berusaha (NIB).
"Bantuan apa pun tidak ada. Katanya dapat bantuan Rp2,5 juta per bulan. Saya sama sekali tidak ada bantuan apa pun. Harusnya itu kan perangkat kelurahan atau kecamatan yang mendata secara aktif ke lapangan bagi pelaku usaha yang terdampak Covid-19. Ini sama sekali tidak ada," ujarnya.
Sulaiman mengaku dirinya berusaha sendiri untuk bangkit dengan menjual aset yang dimiliki seperti mobil dan sepeda motor untuk bertahan hidup. Hingga akhirnya, kembali membuka Warkop Mas Seno dengan produk unggulan Es Boba yang berlokasi di halaman rumah pribadinya. Usahanya hingga kini terus berkembang dengan menambah menu makanan seperti Ayam Penyet Rp 10.000, Kebab Goceng, Burger Goceng hingga aneka makanan sedap lainnya.
"Harusnya, pemerintah lebih aktif. Coba sekarang ditanya ke Camat, berapa jumlah pelaku UMKM yang berada di wilayahnya, jumlahnya pasti tidak akurat. Karena seperti saya, ada usaha yang sudah mati tapi masih terdata. Kemudian, tidak ada pendataan aktif yang dilakukan perangkat kecamatan di lapangan. Padahal pelaku UMKM salah satu kekuatan prekonomian daerah," katanya.
Tidak bisa dipungkiri, pemberlakuan PPKM Darurat atau kini PPKM Level 4, membuat gerak para pelaku UMKM sangat terbatas dan sulit untuk menjangkau pelanggan. Ini menjadi tantangan yang sangat berat. Begitupun, pelaku bisnis mikro kecil menengah diminta untuk bersabar dan jangan emosi. "Walaupun pembatasan waktu berjualan ini akan mengurangi penghasilan yang akan dibawa pulang ke rumah. Kita berharap pandemi Covid-19 ini cepat berlalu dan tidak mendatangkan korban yang banyak. Kita akan mematuhi peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Kami sebagai masyarakat UMKM akan mematuhi peraturan PPKM tersebut sebagai wujud masyarakat yang madani dan patuh," kata Direktur UKM Center Sumut, Denni Faisal Mirza.
Selama pemberlakuan PPKM, pihaknya pun meminta perlakuan petugas yang mendatangai pelaku UMKM yang masih berjualan hendaknya secara santun dan manusiawi. Jangan ada pengrusakan dan pengambilan aset usaha baik peralatan dapur, meja, kursi, gerobak, steling dan lainnya. Karena itu akan menyakiti dan mencederai pelaku UMKM.
Denni mengatakan, pelaku UMKM yang bisa dibilang sudah babak belur sejak awal pandemi sangatlah mengharapkan keringanan dari pemerintah kota akan beban kewajiban yang akan dibayar setiap bulannya. Misalnya keringanan pembayaran listrik dan air untuk semua kategori. Mengingat listrik dan air adalah hal pokok dalam membuka usaha, jangan ada pemutusan aliran listrik dan air ketika UMKM terlambat atau belum membayar mengingat pengahsilan UMKM yang terkikis selama pemberlakuan PPKM Level 4.
Denni juga menyarankan kepada pihak-pihak perbankan dan lembaga keuangan mikro baik BUMN seperti Pegadaian, PNM, dan lainnya yang selama ini telah banyak memberikan pinjaman lunak kepada UMKM Sumut khususnya Kota Medan hendaknya juga turut meringankan akan tagihan pinjaman yang telah diberlakukan kepada mitra binaan. Jangan menangih pinjaman dengan cara kasar, sampai terjadi penyitaan jaminan.
"Hendaknya disaat masa pandemi Covid-19 ini yang banyak menjatuhkan korban jiwa dan korban perasaan, pihak stakeholder UMKM lebih humanis dan santun. Kami akan membayar pinjaman tersebut secara maksimal mengingat itu wajib dibayar. Namun kasihlah UMKM itu masa waktu yang lebih ringan. Karena bencana Covid-19 merupakan bencana tsunami keuangan semua pelaku UMKM," ujar Denni.
Menurut pengamat ekonomi dari Universitas Sumatra Utara (USU), Wahyu Ario Pratomo, pemberlakuan PPKM Darurat menjadi PPKM Level 4 sudah mulai memberikan sedikit dampak bagi pelaku UMKM, karena adanya beberapa kelonggaran. Beberapa UMKM kuliner sudah buka, walaupun persyaratan untuk menerima konsumen makan di tempat dibatasi dengan waktu yang sangat terbatas yakni 20 menit.
Namun di sisi lain, PPKM Level 4 juga masih menutup akses ke kota, sehingga pergerakan masyarakat juga menjadi lebih terbatas sehingga masyarakat kurang berkeinginan untuk keluar dari rumah. "Tetapi ini adalah bagian dari upaya menekan jumlah kasus baru Covid-19. Sehingga kesehatan menjadi lebih baik. Tetapi yang dikhawatirkan ke depan adalah ketika kasus baru Covid-19 berkurang, lalu dilonggarkan lagi, maka kasus bisa meningkat," katanya.
Sebenarnya, kata Wahyu, yang paling perlu dikejar sekarang adalah vaksinasi. Karena vaksinasi ini akan memberikan dampak yang lebih besar, selain mengurangi jumlah kasus baru Covid-19, akan memberi keyakinan masyarakat untuk bisa berinteraksi kembali. Perekonomian negara maju saat ini sudah semakin membaik, karena mereka sudah sukses melakukan vaksinasi. Dengan demikian perekonomian negara tersebut semakin membaik, dan ada ketimpangan yang membesar di tahun 2021, dimana negara yang siap dengan vaksinasi akan tumbuh cepat sedangkan negara yang tidak siap mengalami perlambatan pertumbuhan ekonominya.
"Jadi vaksinasi memang harus dikebut. Jika bisa berjalan sesuai target, akan menjadi jaminan untuk bergerak dan berinteraksi satu dengan yang lain. Memang harus tetap menerapkan prokes, tapi pasti akan berbeda dengan kondisi saat ini. Jika itu bisa terlaksana, otomatis usaha pun akan jalan kembali termasuk sector UMKM. Apalagi kita tahu, pelaku UMKM kita masih banyak berjualan dengan cara konvensional alias tatap muka langsung," kata Wahyu.