Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Gelombang investor newbie dari kalangan milenial yang masuk pasar modal di masa pandemi Covid-19 mendatangkan tantangan tersendiri dari sisi edukasi agar mereka tidak hanya sekadar ikut-ikutan tren investasi, tetapi juga agar makin berkualitas dari sisi kemampuan investasinya. Pasalnya, ada banyak kesalahan yang terlalu umum dilakukan investor pemula dari kalangan milenial, sehingga investasinya masuk ke "zona merah" atau justru mengacaukan tata kelola keuangannya.
Kesalahan-kesalahan umum tersebut biasanya pakai uang panas, tidak mengenali profil risiko, tidak punya tujuan investasi, Fear of Missing Out (FoMO), emosional hingga asal pilih produk investasi dan lain sebagainya.
Impersonator Kristo Immanuel, Psikolog Analisa Widyaningrum dan CEO Gatherich Ken Handersen yang berbagi pengalaman pribadi mereka pada awal-awal investasinya mewakili kegelisahan umum terkait kesalahan dalam investasi yang kerap dilakukan investor pemula. Sebagai investor pemula ternyata ketiganya pernah melakukan kesalahan yang membuat investasinya mendatangkan kerugian. Kesalahan-kesalahan umum pemula ini dibagikan ketiganya di gelaran FestiFund 2021 yang diselenggarakan oleh Indo Premier Sekuritas melalui produk IPOTFund.
Impersonator Kristo Immanuel mengakui keengganannya melakukan riset value di awal-awal investasi sehingga membuat investasinya menjadi gegabah dan pernah terjebak pompom. Alhasil, investasinya justru mendatangkan kerugian. "Namun sebagai investor yang lambat-laun sadar dengan profil risikonya, saya tidak kena mental dan tetap berinvestasi," katanya, Selasa (31/8/2021).
Psikolog Analisa Widyaningrum menandaskan pentingnya mempelajari manajemen emosi biar tidak tidak kena mental, karena sekalinya ngedrop jadi kayak takut atau gegabah. Ken Handersen pun mengakui kalau di awal-awal investasinya ia gegabah dengan asal-asalan membeli produk investasi tanpa tujuan investasi yang jelas sehingga justru mengacaukan keuangannya karena gagal bayar.
Sementara itu Head of Investment Specialist Syailendra Capital, Mochamad Aldies Sageri, melalui bahasan "Market Outlook: Babak Kedua 2021" mewanti-wanti investor milenial untuk due deligence pada produk reksa dana dan manajer investasinya serta tidak asal dengar dari teman atau FoMO di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang masih tersandera pandemi Covid-19. "Terkait dengan porsi, bisa diukur sesuai dengan preferensi masing-masing investor," katanya.
Pandangan senada diungkapkan oleh Direktur Ciptadana Asset Management, Herdianto Budiarto. Ia menjelaskan secara alokasi untuk triwulan IV-2021 memang tergantung dari preferensi risiko, tetapi jelang akhir 2021 kalau preferensinya moderat maka skemanya sebaiknya 30-30-40 yakni 30% di equity fund, 30% di fixed income fund dan 40% di money market.
"Pertimbangannya sederhana. Ketidakpastian equity lumayan masih tinggi. Fixed income fund diharapkan relatif stabil sampai akhir tahun. Money market memang paling rendah dari sisi return 4-4,5%, tetapi kemungkinan terjadinya kerugian itu kan yang paling kecil. Saat ini kita optimis, tapi tetap juga hati-hati. Alokasinya masih cukup signifikan di aset-aset yang risikonya rendah," kata Herdi.