Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Bank Sumut memperkuat pembiayaan sektor pertanian melalui penyaluran kredit produktif. Hal itu diwujudkan melalui penandatanganan kerja sama MoU antara Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sumut, Dewan Pengurus Daerah Pemuda Tani Indonesia Sumut dengan PT Bank Sumut dan Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo), di Kantor Pusat Bank Sumut, Jalan Imam Bonjol, Medan, Kamis (7/10/2021).
Direktur Utama Bank Sumut, Rahmat Fadillah Pohan, mengatakan, penandatanganan kerja sama pada hari ini merupakan wujud komitmen PT.Bank Sumut untuk mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah khususnya sektor pertanian melalui penyaluran kredit produktif.
"Harapan kami dengan penandatanganan nota kesepahaman ini dapat meningkatkan sektor pertanian terutama kesejahteraan petani lokal, membantu menyediakan akses permodalan kepada Petani untuk meningkatkan hasil produksi pertanian sehingga terciptanya ketahanan pangan di Sumatera Utara dan nasional," katanya.
Rahmat mengatakan, skema pembiayaan KUR dan Kredit Mikro Sumut bermartabat ini nantinya akan menyasar kepada kurang lebih 1.500 petani tanaman padi yang tersebar di seluruh Sumut. Di tahun 2021, sebagai pilot project nota kesepahaman ini akan dilaksanakan di Kabupaten Langkat, Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Deli Serdang. Rahmat juga menyampaikan, penyaluran KUR Cluster Pertanian dan Kredit Mikro Sumut bermartabat sebelumnya sudah dilakukan di Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat.
Untuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk klaster Pertanian dan Kredit Mikro Sumut Bermartabat di Bank Sumut per September 2021 telah mencapai Rp 165,1 Miliar dengan jumlah debitur 1.609 debitur.
Gubernur Sumatra Utara (Gubernur Sumut), Edy Rahmayadi, yang turut hadir pada MoU tersebut mengharapkan, petani di Sumut tidak lagi terjerat oleh rentenir dengan memperkuat pembiayaan sektor pertanian. "Karena, banyak petani di daerah ini yang akhirnya merugi lantaran meminjam modal kepada rentenir. Gubernur juga berharap sebagai Bank Pembangunan Daerah, Bank Sumut dapat membantu dan mencari solusi untuk peningkatan hasil pertanian dan kesejahteraan petani," katanya.
Gubernur menceritakan pengalamannya bertemu seorang petani yang tercekik rentenir. Padahal si petani baru melakukan panen raya. Meski mendapat hasil panen yang besar, ternyata pendapatan yang diterimanya sangat kecil. Bahkan petani yang dimaksud kehilangan tanah seluas empat rante dari enam rante yang dimilikinya. "Sehabis panen, dia tak dapat apa apa dari panennya, bahkan dia cerita tanahnya dulu enam rante, sekarang tinggal dua rante, empat rante sudah diambil rentenir," ungkap Gubernur.
Karena itu, Gubernur meminta PT Bank Sumut berperan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut. Pembiayaan sektor pertanian harus diperkuat dan menjadi prioritas oleh Bank Sumut. Sebab, memberantas rentenir menjadi tanggung jawab semua pihak. Negara tidak akan maju apabila masih terdapat rentenir. Untuk itu, Bank Sumut harus prioritaskan, yang penting tidak menyalahi aturan," kata Edy Rahmayadi.
Senada dengan Gubernur, Ketua HKTI Sumut, Gus Irawan Pasaribu, meminta Bank Sumut untuk terjun ke wilayah pelosok Sumut. Menurutnya petani di pelosok daerah sulit mendapat pembiayaan pertanian karena berbagai hal, termasuk letak wilayah yang terpencil.