Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Ankara. Turki telah mengajukan permintaan kepada Amerika Serikat (AS) untuk membeli 40 unit jet tempur F-16 buatan Lockheed Martin dalam upaya memperkuat Angkatan Udara-nya. Otoritas Turki juga mengajukan untuk membeli 80 kit modernisasi untuk pesawat-pesawat tempur yang sudah ada.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (8/10/2021), sejumlah sumber yang mengetahui pengajuan ini menuturkan bahwa kesepakatan bernilai miliaran dolar Amerika itu masih melalui proses Penjualan Militer AS yang harus menunggu persetujuan Departemen Luar Negeri AS dan Kongres AS. Pengajuan itu masih bisa diblokir oleh Kongres AS.
Pengajuan pembelian jet tempur F-16 ini diajukan Turki setelah rencana pembelian jet tempur siluman F-35 dari AS berujung kegagalan.
"Sebagai persoalan kebijakan, Departemen (Luar Negeri AS) tidak mengonfirmasi maupun mengomentari penjualan atau transfer pertahanan yang diajukan hingga telah disepakati secara resmi diberitahukan kepada Kongres," ucap juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Kedutaan Besar Turki di Washington DC menolak berkomentar.
Turki diketahui memesan lebih dari 100 unit jet tempur siluman F-35, yang juga buatan Lockheed Martin Corp, namun itu dihapus dari program tahun 2019 setelah Turki mendapatkan sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.
Kemitraan bertahun-tahun antara Turki dan AS yang merupakan sekutu NATO telah melalui gejolak yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam lima tahun terakhir, terkait ketidaksepakatan soal kebijakan Suriah, hubungan Turki yang lebih dekat dengan Rusia, ambisi Angkatan Laut di Mediterania Timur, dakwaan AS terhadap bank milik negara di Turki dan pengikisan hak-hak juga kebebasan di Turki.
Pengajuan Turki itu kemungkinan besar akan sulit mendapat persetujuan Kongres AS, di mana sentimen terhadap Turki semakin memburuk selama bertahun-tahun, yang utamanya dipicu oleh pembelian rudal pertahanan S-400 buatan Rusia oleh Turki dan buruknya catatan HAM di Turki.
Langkah Turki membeli rudal pertahanan Rusia itu juga memicu sanksi-sanksi AS. Pada Desember 2020, AS memasukkan Direktorat Industri Pertahanan Turki, kepalanya yang bernama Ismail Demir, serta tiga pegawai lainnya ke dalam daftar hitam.(dtc)