Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Peneliti BRIN, Siti Zuhro, mencatat Partai Golkar selalu masuk tiga besar pemenang pemilu sejak reformasi. Siti menilai Golkar perlu lebih memperhatikan pemilih muda jika ingin menjadi pemenang pemilu.
"Saya mencatat Golkar mampu menunjukkan partainya itu tidak ditinggalkan rakyat, kan masih menjadi dambaan pemilihnya, ini ditunjukkan dengan Pemilu '99, Golkar tidak terlempar, masih terpilih di tiga besar, di nomor dua, luar biasa itu," kata Siti Zuhro dalam seminar daring nasional 'Dua Dasawarsa Kemenangan Golkar 2004-2024', Sabtu (16/10/2021).
"Tapi sebagai partai, Golkar itu perannya di politik kancah nasional dan daerah itu tercatat masih signifikan, dan sangat menentukan," tambahnya.
Siti menyebut Golkar sebagai partai yang kokoh. Bukti kemenangan Golkar di 2004, dan selalu runner up di tiga pemilu berikutnya, disebut Siti sebagai bukti keandalan kader-kader Golkar merebut hati rakyat.
"Saya mencatat pertama adalah Golkar ini partai yang kokoh, bertahan dengan semua cobaan, dan tetap eksis gitu ya, dan berperan penting bahkan di tengah gempuran perubahan dan munculnya partai baru. Jadi Golkar memiliki kader-kader andal," ucapnya.
Siti menilai seharusnya kader-kader Golkar kini sudah jenuh menjadi runner up pemilu. Sudah seharusnya kader Golkar berjuang lebih keras untuk mengulang sukses menang Pemilu 2004.
"Menurut saya ini tentunya, Golkar itu sudah bosan menjadi pemenang nomor dua. Kalau nggak bosan ya kebangetan menurut saya. Sudah bosan menjadi pemenang nomor dua mulu sejak tahun 2009," sebutnya.
Lalu, apa yang perlu diperhatikan Golkar di Pemilu 2024? Siti Zuhro memberi sejumlah catatan.
"Golkar harus memahami perilaku pemilih di Pemilu 2024, karena memang eranya sudah berganti, zamannya sudah berubah. Yang kedua, era new normal, disrupsi digital, dan juga society 4.0, itu mensyarakatkan semua partai politik harus berubah, termasuk Golkar," ulas Siti.
Selain itu, Siti Zuhro menilai Golkar harus mempertimbangkan pemilih muda serta menarik pemilih pemula. Pemilih mudah dan pemilih pemula menurut Siti Zuhro tak menyukai retorika.
"Ciri pemilih pemula atau muda itu, ternyata tidak menyukai retorika. Jadi mereka ini lebih rasional. Dan diperkirakan pemilih muda dan pemula ini di Pemilu 2024 nanti itu berjumlah 60% dari total pemilihan kita," ujar Siti Zuhro.(dtc)