Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Saat pandemi merebak di tahun 2020 lalu, banyak bisnis yang terpuruk dan tak sedikit yang akhirnya gulung tikar. Kasus Covid-19 yang kemudian terus mencatatkan angka tinggi menambah strategi pencegahan dari 3M menjadi 5M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas, membuat bisnis semakin kehilangan geliatnya.
Salah satu bisnis yang paling terdampak akibat pandemi Covid-19 adalah hotel dan restoran. Jika menilik ke belakang, sebelum ada pandemi, dua bisnis ini memang menjadi tempat yang paling jarang sepi. Hotel dan restoran menjadi semacam pilihan paling pas dan tepat jika ingin berkumpul dan menghabiskan waktu baik itu bersama keluarga, teman dan rekan bisnis. Hal itu juga tidak lepas dari kebiasaan masyarakat Indonesia termasuk di Sumatra Utara (Sumut) yang gemar kulineran.
Berbincang sambil makan atau menghabiskan akhir pekan bersama keluarga dan teman di hotel memang sangat melekat dengan interaksi satu dengan yang lain, yang jauh dari kata jaga jarak dan tidak berkerumun. Sayangnya, semua itu menjadi hal sulit di masa pandemi. Risiko tertular atau menularkan virus Covid-19 sangat tinggi. Hingga akhirnya, hotel dan restoran pun harus menerima kenyataan pahit tanpa tamu dan pengunjung.
Untuk hotel, ini pukulan yang sangat besar apalagi Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) yang menjadi bisnis andalan juga tidak diperbolehkan. Sementara restoran, masih bisa untuk melayani take away atau bawa pulang meski transaksi penjualan juga jauh merosot.
Lalu, setelah adanya gelombang kedua hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), membuat hotel dan restoran kembali harus menyesuaikan dengan peraturan pemerintah. Bisnis kembali lesu yang ditandai dengan tingkat hunian (okupansi) yang di bawah 30%. Bahkan hotel-hotel di daerah wisata ada yang okupansinya di bawah 10%.
Lalu, bagaimana geliat bisnis hotel dan restoran di Sumut terutama di Medan, saat penanganan Covid-19 terus menunjukkan perbaikan? Level PPKM juga telah diturunkan dan bersamaan dengan itu, seperti bisnis lain di Sumut, hotel dan restoran kembali beroperasi dengan kapasitas 25-50% yang merujuk pada zona wilayah operasional. Tentu dengan memastikan penerapan protokol kesehatan (prokes) secara ketat.
Menurut Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumut, Deni S Wardhana, saat ini okupansi hotel di Kota Medan sudah beranhak naik ke angka 50-60%. Sementara untuk daerah lain di Sumut yang merupakan tujuan wisata seperti Parapat dan Karo, sudah di atas capaian Medan karena ada yang okupansinya sudah berkisar 80%.
"Sekarang banyak yang menggelar acara di luar Medan. Bisa dari perusahaan, lembaga dan lainnya. Itu yang membuat okupansinya tinggi. Belum lagi keluarga yang memanfaatkan akhir pekan," katanya, Minggu (24/10/2021).
Untuk Kota Medan sendiri, meeting mulai banyak dan di akhir pekan biasanya ada pernikahan. Sementara untuk yang menginap lebih didominasi keluarga. Dengan kondisi ini, hotel pun semakin ketat nenerapkan prokes termasuk di restoran-rrstoran yang juga menjadi 'sasaran' masyarakat terutama di akhir pekan. Karena itu juga, PHRI mulai sosialisasi penggunaan PeduliLindungi untuk menyeleksi tamu maupun pengunjung agar meminimalisir penyebaran Covid-19.
PHRI sendiri, ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk sosialisasi penggunaan PeduliLindungi pada member dan non member. Artinya, sosialisasi ini akan diberikan pada anggota PHRI maupun yang bukan anggota.
"Jadi sosialisasi pada semua pelaku bisnis hotel dan restoran. Karena penggunaan PeduliLindungi ini rencananya akan mulai diterapkan pada awal tahun depan. Karena itu, barcode PeduliLindungi ini harus disosialisasikan agar saat penggunaannya nanti, tamu dan pengunjung sudah tahu," ujar Deni.
Kata Deni, penggunaan PeduliLindungi untuk hotel dan restoran sudah dilakukan di lima kota di Indonesia. Namun Medan belum menerapkannya. Tentu sosialisasi ini diharapkan bisa 'sampai' ke pengusaha agar bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Karena melalui PeduliLindungi, maka akan bisa menyeleksi tamu dan pengunjung yang masuk ke hotel.
Ketika ditanya gambaran kinerja hotel dan restoran hingga akhir tahun 2021, Deni mengatakan, tidak berani mematok target. Meski saat ini bisnis kembali menggeliat, tapi untuk kondisi sekarang sulit untuk memprediksi bagaimana ke depan. Karena itu, para pengusaha hanya akan menjalani yang sudah dicapai saat ini dan tidak muluk-muluk soal ke depan.
"Kalau di kondisi sebelum pandemi, kita berani karena target itu juga jadi pemacu untuk terus melaju. Tapi saat ini, kita tidak berani. Meski sudah kembali menggeliat, tapi kinerja secara keseluruhan masih landai dan operasional juga belum 100%," kata Deni.
Dengan kondisi saat ini, vaksin memang harus dikebut dan tetap jalankan prokes dengan disiplin. Hal itu bukan hanya berlaku bagi tamu dan pengunjung. Untuk para karyawan hotel dan restoran yang bekerja juga sudah menjalani vaksinasi. Selain itu, prokes 5M juga diterapkan secara ketat.
Executive Marketing Communication JW Marriott Hotel Medan, Elfrida Tarigan, menuturkan, penerapan prokes di JW Marriott Medan terus dilakukan dan sesuai dengan peraturan pemerintah. Mulai dari jaga jarak di area pertemuan (meeting), menyediakan masker serta hand sanitizer di kamar, disinfektan ruangan, mobile check-in, jaga jarak saat mau check-in, dan memesan makanan melalui digital barcode.
"Karena sekarang acara sudah mulai ada, maka untuk meeting room kita ikut sesuai surat edaran dan tidak ada makan ditempat," ungkap Elfrida.
Menyoal tingkat keterisian kamar, kata Elfrida, saat ini sudah 40%. Capaian ini sudah membaik dibandingkan saat PPKM lalu. Dan melihat capaian saat ini, pihaknya pun optimis kinerja akan terus membaik hingga akhir tahun.
Hal senada juga diungkapkan Marcomm Grand Mercure Medan, Tinera Siburian. Untuk standar prokes saat ini masih berjalan dengan prosedurnya. Mulai dari pembatasan jumlah tamu dalam lift, sign tanda jaga jarak terdapat di seluruh area hotel yang memungkinkan terciptanya antrian, hand sanitizer tertera di area lift, restoran dan lobby. "Kami juga melakukan disenfektan area hotel secara berkala," katanya, seraya menambahkan saat ini okupansi sudah mulai dikisaran 40%-an.
Salah satu pengunjung restoran Pondok Jimbaran, Nila, mengaku tidak terlalu takut lagi makan di restoran. "Maksud saya, rasa takutnya tidak seperti awal-awal pandemi lagi. Tapi saya tetap prokes dan bawa hand sanitizer sendiri. Tidak mau juga duduk terlalu dekat dengan pengunjung lain," katanya.
Nila juga selalu mengingatkan pada keluarga dan teman-temannya agar tetap disiplin terutama saat di area publik seperti restoran, hotel dan mal. Apalagi saat ini sudah ada beberapa saudaranya yang membuat acara di hotel dan ada kumpul-kumpul keluarga juga.
"Saya merasa harus mengingatkan. Karena meski sudah vaksin, tapi tetap harus prokes. Apalagi ada keluarga yang rentan terpapar karena sudah lansia," kata Nila yang sehari-hari bekerja di bidang advertising ini.