Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Ketika kasus Covid-19 ditemukan di Indonesia pada Maret 2020, banyak sektor usaha kemudian menyesuaikan 'geraknya' dengan situasi saat itu dan mengambil keputusan mengikuti peraturan Pemerintah. Tak sedikit yang akhirnya harus gulung tikar. Bagi yang punya modal, beralih ke usaha yang berkaitan dengan pandemi. Karena selama pandemi, ada sektor usaha yang memanen untung seperti kesehatan, telekomunikasi, dan bahan pangan.
Bagi sektor jasa, pandemi memang sebuah kondisi yang tak bisa tawar-menawar. Hingga tak ayal menjadi momok karena membuat banyak usaha terpuruk. Salah satu yang paling terdampak adalah sektor pariwisata, termasuk di Sumatra Utara (Sumut). Sektor yang digadang-gadang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru setelah sebelumnya daerah ini hanya bertumpu pada sektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan, sangat terpuruk akibat pandemi.
Seperti diketahui, penerapan protokol kesehatan (prokes) menjadi hal wajib dimasa pandemi. Berlaku wajib, prokes 3M yang kemudian menjadi 5M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, lalu menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas harus dilaksanakan dan tak ada tawar-menawar. Hal inilah yang kemudian membuat pariwisata nyaris tak berdenyut. Pintu masuk bagi wisatawan mancanegara (wisman) ditutup dan itu membuat realisasi wisatawan yang masuk ke Sumut nyaris terpangkas 100%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, per Oktober 2021, wisman masih mencatatkan penurunan hingga 99,48%. Jika melihat angka, total wisman tahun ini hanya 230 orang dibandingkan periode sama tahun lalu sebanyak 44.302 orang.
Namun mendekati dua tahun pandemi dan adanya penurunan kasus Covid-19 termasuk di Sumut, sektor wisata mulai berbenah kembali dan siap untuk bangkit dari keterpurukan. Hal ini sangat didukung oleh Pemerintah dan stakeholders di sektor wisata. Meski belum bisa berharap dari wisman, namun tempat-tempat wisata mulai kedatangan wisatawan lokal. Memang, jumlahnya belum seperti yang diharapkan. Tapi geliat pariwisata sudah mulai terlihat sejak pertengahan tahun ini.
Menurut pelaku usaha hotel dan restoran, tingkat hunian dan kunjungan sudah meningkat sejak ada pelonggaran PPKM. Dan menjelang akhir tahun sudah beranjak ke angka 60% untuk Kota Medan dan 80% untuk daerah tujuan wisata di Sumut seperti Parapat dan Karo.
"Ini kabar yang sangat bagus. Tentu kami sangat berharap kasus Covid-19 terus turun dan aktivitas bisa lebih longgar. Karena hotel dan restoran memang paling terdampak karena pandemi. Kita identik dengan keramaian dan banyak di daerah wisata. Jadi ketika pandemi dan wisata lesu, ya kita ikut lesu. Jadi sangat berharap kondisi baik saat ini bertahan," kata Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumut, Deni S Wardhana, Jumat (17/12/2021).
Deni mengatakan, PHRI hingga saat ini terus sosialisasi penggunaan PeduliLindungi pada member dan non member. Artinya, sosialisasi ini akan diberikan pada anggota PHRI maupun yang bukan anggota. Rencananya akan mulai diterapkan pada awal tahun depan. Karena itu, barcode PeduliLindungi ini harus disosialisasikan agar saat penggunaannya nanti, tamu dan pengunjung sudah tahu. Tentu jika tahun depan kondisi pariwisata semakin baik, maka pelaku usahanya juga sudah siap dalam penggunaan PeduliLindungi.
"Kita juga harus berperan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Karena melalui PeduliLindungi, akan bisa menyeleksi tamu dan pengunjung yang masuk ke hotel. Dengan begitu, kita bisa menjamin tidak akan menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. PHRI selalu berkomitmen untuk memberikan pelayanan prima, termasuk dalam menjaga kesehatan, keamaman, kebersihan, di mana saat pandemi ditambahkan pedoman terkait prokes," kata Deni.
Namun, di tengah geliat pariwisata saat ini, para pelaku usahanya juga ada yang kesulitan untuk menghidupkan kembali lini usaha lantaran minimnya modal usaha dan tingginya beban perusahaan selama beberapa saat tidak beroperasi.
Menghadapi hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ambil bagian untuk mendorong pengembangan sektor pariwisata khususnya hotel, restoran dan cafe (Horeca). Ini menjadi salah satu prioritas pemulihan, terutama di daerah yang memiliki banyak objek wisata.
"Hal ini sangat penting karena adanya pelonggaran PPKM membuat ruang gerak masyarakat semakin luas. Dan momen ini pun menjadi kabar gembira bagi pelaku usaha pariwisata termasuk hotel, restoran, makanan minuman hingga transportasi. Tentu OJK hadir untuk mendorong kebangkitan sektor pariwisata termasuk di Sumut," kata Kepala OJK Regional 5 Sumbagut, Yusup Ansori.
Di awal pandemi yang lalu, kata Yusup, OJK telah mengeluarkan kebijakan stimulus dan senantiasa berkomunikasi dengan perbankan untuk mendorong penyaluran kredit pada pelaku usaha pariwisata. Dan pembiayaan itu terus digeber mengingat sektor ini mulai memggeliat. Dari data OJK, penyaluran kredit bank umum terhadap sektor pariwisata di Sumut sudah tumbuh 0,39% menjadi Rp 4,69 triliun. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh sub sektor penginapan yang tumbuh 33,57% dan makan minum yang tumbuh 26,82% (yoy).
"Peenyaluran kredit yang sudah tumbuh 0,39% ini menunjukkan bahwa pelaku usaha pendukung pariwisata di Sumut sudah mulai bangkit kembali. Tentu diharapkan kondisinya terus membaik hingga akhirnya bisa berlontribusi ke perekonomian Sumut," kata Yusup.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo, mengatakan, sektor pariwisata memang sangat menjanjikan dalam menggenjot perekonomian. Karena itu, pelaku usaha pariwisata harus memberikan garansi ke masyarakat dalam berwisata dengan aman, di antaranya melalui penerapan aplikasi PeduliLindungi yang telah berjalan dengan baik.
"Prokes dan vaksinasi juga sangat penting. Kolaborasi dengan berbagai pihak dalam upaya perlindungan kesehatan bagi pekerja pariwisata maupun wisatawan, juga menjadi kunci bagi sektor pariwisata. Jadi jangan hanya melihat dari sisi ekonominya saja. Harus benar-benar memastikan semua aspek siap dan pengunjung aman. Pandemi memang memberikan pukulan berat pada industri wisata, khususnya bagi wilayah yang menjadikan sektor ini sebagai andalan. Namun itu tidak menjadi alasan untuk membuka ruang seluas-luasnya dan abai prokes," katanya.
Jika melihat pada kondisi saat ini, kata Wahyu, sektor pariwisata Sumut memang berpeluang panen pengunjung. Jika berkaca pada kondisi sebelum pandemi, wisatawan lokal juga bisa menjadi andalan sebelum pintu masuk bagi wisman dibuka. Namun, penerapan prokes harus tetap nomor satu. Karena meski menjadi kabar baik bagi ekonomi, namun risiko tetap ada karena akan ramai.
"Pemerintah dan pelaku usaha harus berkolaborasi menjaga momentum ini. Jangan sampai menimbulkan klaster baru," pungkas Wahyu.