Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ribuan jadwal penerbangan komersial dibatalkan saat liburan Natal. Pembatalan ini dilakukan karena penyebaran COVID-19 varian Omicron terus meningkat.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (25/12/2021), tercatat lebih dari 4.500 jadwal yang dibatalkan. Pada Jumat maskapai di dunia telah membatalkan 2.401 jadwal.
Padahal malam Natal merupakan salah satu momen yang paling sibuk untuk perjalanan udara. Namun Omicron membuatnya berbeda dan kondisi menjadi semakin berat.
Berdasarkan situs pelacakan penerbangan FlightAware.com ada sekitar 10 ribu penerbangan lagi yang akan dibatalkan.
Saat ini lalu lintas udara komersial di Amerika Serikat (AS) baik ke dalam maupun luar negeri menyumbang lebih dari seperempat dari seluruh jadwal yang dibatalkan.
Maskapai pertama yang melakukan pembatalan penerbangan adalah United Airlines dan Delta Air Lines yang telah membatalkan 280 penerbangan pada Jumat lalu. Alasannya ada kekurangan kru di tengah lonjakan kasus COVID-19.
Memang di AS kasus Omicron ini terus mengalami lonjakan sejak beberapa hari terakhir. Omicron sudah terdeteksi di AS sejak November lalu dan kini menyumbang hampir tiga perempat kasus di AS.
Kenaikan Kasus COVID-19
Selama satu minggu terakhir, rata-rata kasus virus Corona naik 45% menjadi 179 ribu per hari. Bahkan pada Jumat lebih dari 44 ribu kasus infeksi baru di New York. Ini merupakan rekor tertinggi dibandingkan dengan negara bagian lainnya.
Bahkan di Midwest AS dan unit perawatan intensif Indiana, Ohio dan Michigan sudah menyiapkan skenario terburuk untuk menghadapi gelombang Omicron.
Tak cuma di AS, di Inggris sarana transportasi juga mengalami kekurangan kru karena banyaknya pekerja yang terinfeksi COVID-19 dan harus menjalani karantina mandiri di rumah.
Di London satu dari 20 warga terinfeksi COVID-19. Angka ini diprediksi akan terus melonjak hingga pekan depan.
Sejumlah penelitian terbaru menyebut Omicron menunjukkan gejala yang lebih ringan dan kemungkinan rawat inap yang lebih rendah dibandingkan varian sebelumnya.
Kepala Badan Keamanan Kesehatan Inggris Jenny Harries mengungkapkan ada secercah harapan pada Natal tahun ini. "Namun belum ada kepastian kapan kita bisa menghentikan ancaman tersebut," jelasnya.(dtf)