Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pemerintah Amerika Serikat mengatakan bahwa pihaknya telah menyetujui kepergian sukarela pegawai pemerintah non-darurat dan anggota keluarga mereka dari konsulat jenderal AS di kota Almaty, Kazakhstan.
Mereka diizinkan meninggalkan Almaty di tengah keadaan darurat yang sedang berlangsung di negara itu.
"Warga AS di Kazakhstan harus menyadari bahwa protes dengan kekerasan dapat sangat mempengaruhi kemampuan Kedutaan Besar AS untuk memberikan layanan konsuler, termasuk bantuan kepada warga AS yang meninggalkan Kazakhstan," kata Departemen Luar Negeri Amerika Serikat seperti diberitakan Reuters dan Channel News Asia, Sabtu (8/1/2022).
Puluhan orang tewas dan gedung-gedung publik di Kazakhstan telah dijarah dan dibakar dalam kerusuhan terburuk yang pernah dialami republik bekas Uni Soviet itu dalam 30 tahun kemerdekaan.
Kerusuhan berdarah itu telah mendorong intervensi militer oleh Rusia pada saat ketegangan tinggi dalam hubungan Timur-Barat, seiring Rusia dan Amerika Serikat bersiap untuk pembicaraan minggu depan mengenai krisis Ukraina.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menyalahkan para teroris asing atas kerusuhan tersebut. Namun, dia tak memberikan bukti atas tudingannya itu.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Tokayev mengatakan bahwa dirinya telah memberikan perintah kepada aparat untuk menembak mati para perusuh tanpa peringatan.
"Para militan belum meletakkan senjata mereka, mereka terus melakukan kejahatan atau sedang mempersiapkan mereka," kata Tokayev (68).
"Siapa pun yang tidak menyerah akan dihancurkan. Saya telah memberikan perintah kepada aparat penegak hukum dan tentara untuk menembak mati, tanpa peringatan," tegasnya.
Tokayev juga menolak seruan untuk menggelar dialog dengan para demonstran yang terus menggelar unjuk rasa. Dia justru menyebut para demonstran sebagai 'penjahat' dan 'pembunuh'.
"Sungguh bodoh. Pembicaraan macam apa yang bisa kita lakukan dengan para penjahat dan pembunuh?" ucapnya.
Kerusuhan di Kazakhstan diawali dengan aksi-aksi demonstrasi untuk memprotes kenaikan harga bahan bakar. Aksi demo itu kemudian membengkak menjadi gerakan luas melawan pemerintah Tokayev dan mantan Presiden Nursultan Nazarbayev.(dtc)