Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Taliban telah menangkap seorang profesor universitas ternama Afghanistan. Profesor Ilmu Politik dan Hukum itu dikenal memang kerap blak-blakan mengkritik pemerintahan Afghanistan, termasuk kepemimpinan baru Taliban.
Seperti dilansir Associated Press, Minggu (9/1/2022) Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan dalam sebuah tweet bahwa profesor Faizullah Jalal ditahan oleh badan intelijen Taliban. Taliban menuduh sang profesor menyampaikan "pernyataan tidak masuk akal di media sosial, yang memprovokasi orang-orang melawan pemerintah dan mempermainkan martabat orang."
Penangkapan Profesor Faizullah Jalal dikonfirmasi oleh putrinya, Hasina Jalal. Dalam unggahan Twitternya pada Minggu (9/1) pagi waktu setempat, Hasina Jalal memohon pembebasan ayahnya. "Saat saya mengkonfirmasi berita yang meresahkan itu. Saya meminta pembebasan segera ayah saya Profesor Faizullah Jalal, "cuitnya.
TOLO TV, stasiun terbesar Afghanistan di mana Faizullah Jalal sering menjadi komentator, men-tweet bahwa "Profesor itu ditangkap di Kabul karena membuat tuduhan terhadap departemen pemerintah, kata sumber keamanan, menambahkan Jalal sekarang sedang diinterogasi oleh departemen intelijen. Keluarga Jalal membenarkan penangkapannya. Para pejabat belum berkomentar,"
Jalal adalah suami dari salah satu calon presiden wanita pertama di negara itu, Masooda Jalal, yang melawan mantan Presiden Hamid Karzai pada tahun 2004.
Diketahui sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021 lalu, berbagai aturan diberlakukan. Taliban juga menangkap beberapa kelompok yang dianggap melawan pemerintahannya.
Afghanistan menghadapi krisis kemanusiaan yang sangat besar, dengan PBB memperingatkan bahwa 90% dari 38 juta orang di negara itu dalam kondisi yang sangat membutuhkan bantuan. Penangkapan seorang aktivis hak asasi terkemuka dipastikan akan mempersulit upaya bantuan kemanusiaan.
Hal ini juga memperkuat kekhawatiran bahwa Taliban memberlakukan aturan keras dan represif yang sama seperti saat menguasai Afghanistan di masa lalu.(dtc)