Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Direktur Utama (Dirut) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim diusir dari rapat Komisi VII DPR saat pembahasan soal blast furnace. Komisaris Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI) Roy Maningkas berang.
Roy menyinggung Pimpinan rapat Komis VII DPR Bambang Haryadi tidak tahu terkait capaian Krakatau Steel beberapa tahun belakangan ini. Dia lantas membeberkan capaian tersebut.
"Bambang Haryadi itu hanya tahu sedikit soal transformasi Krakatau Steel, apa perubahan dan pencapaian yang dicapai oleh manajemen Krakatau Steel 3 tahun belakangan, yang dari 8 tahunan rugi sekarang sudah 2 tahun terakhir profit," kata Roy kepada wartawan, Senin (14/2/2022).
"Sebagai anggota dewan harusnya bijak bicara jangan asal bicara, coba kalau Pak Bambang yang terhormat yang jalanin Krakatau Steel. Saya mau lihat bisa berhasil atau tidak?" lanjutnya.
Roy kemudian menjelaskan kalau dirinya yang meminta Menteri BUMN menghentikan produksi blast furnace. Menurutnya, jika diteruskan Krakatau Steel akan terus merugi.
"Saya orang yang meminta Menteri BUMN waktu itu dan manajemen untuk berhentikan produksi blast furnice karena kalau diteruskan Krakatau Steel akan potensi rugi Rp 1,1 sampai 1,3 triliun setahun. Tapi kementerian BUMN yang lama waktu itu tetap memaksa jalan, jadi kebijakan manajemen untuk menghentikan blast furnice sudah benar, menyelamatkan uang negara triliunan rupiah," ucapnya.
Roy lantas menyoroti sebutan 'maling teriak maling' yang diungkap Bambang. Dia menilai sebutan tanpa bukti itu mencemarkan nama baik Krakatau Steel.
"Pak Bambang juga menyebutkan maling teriak maling tanpa bukti juga bukan hanya nggak etis tapi juga melakukan pencemaran nama baik pada orang-orang yang sudah bekerja keras memperbaiki Krakatau Steel dan Alhamdulillah mulai kelihatan berhasil," ucapnya.
Lebih lanjut, Roy menilai tudingan Bambang 'maling teriak maling' itu salah sasaran. Dia mengatakan blast furnice itu ada sebelum manajemen Dirut Silmy. Roy lantas heran kenapa manajemen saat ini yang disudutkan.
"Pak Bambang ini harusnya bijak-bijak bicaranya sebagai politisi dan panutan rakyat, sekali lagi jangan sembarang bicara, tahu nggak siapa dan kapan proyek blast furnice? itu dimulai sekitar tahun 2012-2013 jauh sebelum manajemen di bawah Pak Silmy masuk. Pak Silmy masuk sudah jadi justru itu yang saya dan komisaris minta jangan berproduksi, justru manajemen sekarang cuci piring kok malah bilang maling teriak maling?" ucapnya.
"Sekadar informasi proyek blast furnice ini dari yang awalnya anggaran cuma Rp 6 triliun jadi lebih dari Rp 10 triliun itu sebelum manajemen sekarang memimpin. Tapi saya kira mereka nggak cari kambing hitam tetap lakukan banyak perubahan perusahaan termasuk efisiensi yang melebihi 20-25 persen dan lakukan penjualan yang meningkat. Ketika saya masuk jadi komisaris Krakatau Steel tahun 2015, Krakatau Steel itu ruginya kurang lebih Rp 3 triliun lebih, sekarang sudah 2 tahun berturut-turut profit, dan tahun 2021 mungkin kurang lebih Rp 1-1,5 triliun kok bilang maling teriak maling," lanjut Roy.(dtc)