Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Penggiat HAM dan demokrasi, Kristian Redison Simarmata, mengatakan, oligarki adalah warisan lama. Kaum oligarki berdaptasi dan berganti wajah dalam era keterbukaan. Mereka bergerak atas nama kebebasan serta demokrasi prosedural yang terlihat fair play bahwa semua orang punya hak dicalonkan dan dipilih, mencalonkan dan memilih dalam proses sirkulasi kekuasaan dari pusat sampai ke desa lewat mekanisme one man one vote
Hal itu disampaikan Kristian pada Diskusi Publik dan Peluncuran Buku “Mata Air Indonesia Maju: Bunga Rampai Gagasan Kepada Cak Imin”, yang digelar Rumah Politik Kesejahteraan (RPK), di Foodcourt Gajah Mada, Jalan DI Panjaiatan, Medan, Minggu (19/6/2022).
Menurut Direktur Eksekutif Perhimpunan Suluh Muda Inspirasi ini, hampir setiap tahun masyarakat disibukkan oleh hajatan pemilu dari Pileg, Pilpres, Pilgub, Pilbup/Pilwalkot hingga Pilkades sebagai ruang sirkulasi kepemimpinan dalam demokrasi. Namun sejatinya perhelatan dengan biaya tinggi dan suburnya politik uang sangat membuat pertarungan politik yang tidak seimbang. Orang yang berkompeten tapi minim kemampuan dan dukungan finansial akan kalah dengan pihak yang belum tentu kompeten tapi memiliki dukungan finansial yang kuat
BACA JUGA: Rocky Gerung: Kritik ke Pemerintah Harus Berbasis Argumen, Bukan Sentimen
"Disinilah titik krusial demokrasi ekonomi untuk menyeimbangkan kapasitas dan kapabilitas setiap orang untuk dapat bertarung dengan start yang sama, sehingga dengan alasan semuanya diberlakukan sama mempertemukan antara kelas bulu berhadapan dengan kelas berat dalam ring tinju atau pertandingan," ujarnya.
Yang perlu diperhatikan, papar Kristian, bagaimana setiap orang yang lemah diproteksi dan memperoleh support, baik secara akses dan ruang untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga mengurangi ketimpangan ekonomi dengan kelompok oligarki di atasnya
Ia mengatakan, kaum pemodal besar atau oligarki dibatasi penguasaannya dalam akses terhadap sumber daya yang semakin menurunkan kemampuan kapasitas dan kapabilitas ekonomi lemah, sehingga gotong royong yang seharusnya menjadi ruh dari konstitusi dan demokrasi Pancasila dapat mewujudkan demokrasi politik secara adil dan beradab
"Kelalaian mengurus demokrasi ekonomi adalah kegagalan dalam reformasi pasca 98, karena faktanya kekuatan - kekuatan ekonomi masih dikuasai oleh pihak - pihak yang sama sejak zaman orde baru," imbuhnya.
Sementara, lanjut Kristian, kaum aktivis dan pejuang demokrasi selalu sibuk dengan pergantian kekuasaan beserta seluruh gimmick-gimmick demokrasi prosedural tapi lupa bahwa substansi utama dari konstitusi dan demokrasi adalah demokrasi ekonomi yang tidak hanya soal peluang yang sama tapi membangun kapasitas setiap orang agar sama
"Tugas terberat dari Cak Imin (Muhaimin Iskandar) dan calon presiden lainnya adalah bagaimana lepas dari kekuatan serta pengaruh oligarki ditengah politik berbiaya tinggi dan struktur ekonomi yang dikuasai oligarki,' tutupnya.
Selain Kristian, sebagai narasumber adalah pengamat politik Rocky Gerung, Ester Indahyani Jusuf (penulis buku, pegiat isu kebhinekaan, Kristian Redison Simarmata (aktivis demokrasi) dan Surya Nita (pengajar di UI).
Buku “Mata Air Indonesia Maju: Bunga Rampai Gagasan untuk Cak Imin” tersebut berisi kumpulan tulisan 62 orang penulis dengan latar belakang akademisi, peneliti, aktivis dan praktisi gerakan sosial. Buku dibagi menjadi beberapa bagian berdasar tema-tema yang diangkat, antara lain mengenai inovasi, politik hijau, pertanian, sumber daya manusia, perempuan, hak asasi manusia, demokrasi, ketenagakerjaan, kemaritiman, yang muaranya adalah ide dan gagasan untuk Indonesia maju dan sejahtera.
Bunga rampai ide dan gagasan ini merupakan titipan para penulis kepada para calon presiden, khususnya Muhaimin Iskandar. Sebagai titipan, para penulis berharap agar ide dan gagasan untuk Indonesia maju ini kelak dilaksanakan oleh Cak Imin bila ia menjadi presiden.
Para penulis juga berharap untuk terus diberi akses guna memberikan masukan dan kritik kepada yang dititipi, agar titipan tersebut benar-benar dilaksanakan. Selanjutnya bila ternyata titipan gagasan tersebut belum atau tidak dijalankan, para penulis juga bisa secara bebas memberikan kritik secara bebas dan terbuka, serta aman.
Para penulis makalah dalam buku tersebut, di antaranya Adriana Elisabeth, Alfrizal Malna, Arie Sujito, Dian Kartika Sari, Ester Jusuf, Teguh Dartanto, Lily Hikam, Binny Buchori, Timer Manurung, Hanif Dhakiri, Sugeng Bahagijo, Sudibyo Markus, Handrawan Nadesul, Laus Deo Calvin Rumayom, Teuku Kemal Fasya, Yanuar Nugroho, I Ngurah Suryawan.