Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga karet di tingkat petani kembali jeblok ke kisaran Rp 7.000 hingga Rp 8.000-an/kg. Padahal di pekan lalu, harganya masih bisa di level Rp 9.000/kg. Penurunan harga ini mengikuti harga di pasar internasional yang merosot.
"Harga saat ini semakin jauh dari harga ideal jika menghitung biaya produksi dan kebutuhan petani yang di atas Rp11.000/kg. Namun harganya justru terus. Ini harus jadi perhatian pemerintah. Kenapa karet jual terus turun sementara sawit bisa stabil bahkan naik," kata petani karet di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Riza, kepada Medanbisnisdaily.com, Kamis (13/10/2022).
Riza mengatakan, harga karet tahun ini memang sangat mengecewakan petani. Dimana harga tertinggi yang didapatkan petani hanya Rp10.000/kg pada bulan April lalu. Setelah itu, harganya berkutat di level Rp6.000 hingga Rp7.000/kg. "Memang sudah tidak pernah anjlok lagi di level Rp5.000-an/kg. Itu terjadi saat kasus Covid-19 tinggi. Setelah itu memang naik tapi tidak pernah di harga yang diinginkan petani. Harga ideal petani tepatnya," kata Riza.
Harga karet jenis TSR20 di bursa berjangka Singapura (SGX) saat ini hanya sebesar US$132,10 sen/kg. Terus melemah jika dibandingkan dengan harga karet di awal tahun 2022 yang berada di atas US$170 sen/kg. Harga tertinggi tahun ini berada di level US$179,57 sen/kg pada Februari lalu.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, mengatakan, harga karet masih sulit terkerek karena pengaruh dari stabilitas perekonomian dunia, utamanya dari negara konsumen utama karet alam. "Perang dagang antara negara konsumen utama karet alam juga turut mempengaruhi harga karet," katanya.
Faktor lain yang mempengaruhi harga karet, tambah Edy, adalah perjanjian dagang yang melibatkan WTO, FTA, AFTA, TPP dan lainnya. "Faktor supply dan demand juga ikut mempengaruhi. Ditambah lagi pengaruh geopolitik dari negara konsumen dan produsen utama karet alam. Jadi memang cukup kompleks faktor-faktor yang mempengaruhi harga karet saat ini," kata Edy.
Edy mengatakan, masalah harga minyak mentah dunia juga ikut berkontribusi pada pergerakan harga karet. Karena minyak mentah sebagai bahan baku karet sintetis, jadi fluktuasi harganya akan mempengaruhi harga karet alam.
Jika merujuk pada grafik harga TSR20, harga tertinggi pernah dicetak pada tahun 2011 lalu dimana harganya mencapai US$ 575 Sen/kg. Tapi menurut Edy, untuk saat ini sangat sulit untuk bisa mendekati harga tersebut. Apalagi dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi pergerakan harga karet di pasar internasional.
Menurut pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, harga karet yang dalam enam bulan terakhir mengalami pelemahan utamanya dipicu oleh melemahnya penjualan kendaraan bermotor. Ditambah lagi ada kebijakan isolasi yang dilakukan oleh Cina sebelumnya guna meredam penyebaran Covid-19. "Kebijakan tersebut berimbas pada penurunan permintaan karet dunia yang turut memicu penurunan harga. Dan belakangan ini pasar juga dikuatirkan dengan adanya resesi yang mulai terjadi di sejumlah negara," katanya.
Gunawan mengatakan, data menunjukan tekanan pada harga karet itu sangat terlihat saat Rusia melakukan operasi militernya di Ukraina.
Kedepan perang akan tetap menjadi sentimen negatif bagi harga karet. Sementara itu resesi akan menjadi ancaman terbesar bahwa karet masih akan dibayangi koreksi. Secara teknikal harga karet di tahun ini cukup berpeluang untuk terkoreksi hingga ke level US$89 sen/kg.
"Begitupun, kita tentunya berharap harga karet masih bisa bertahan di level sekarang, dengan mengandalkan sisi fundamental yang mampu menopang harga karet. Meskipun sejauh ini harapan tersebut belum terlihat seiring dengan tensi geopolitik yang memburuk serta adanya ancaman resesi ekonomi global," kata Gunawan.