Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. JD.ID kini menambah jajaran startup yang mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam beberapa bulan terakhir. Perusahaan memangkas sekitar 30% atau sekitar 200-an pegawainya.
Seiring dengan langkah tersebut, e-commerce ini berkomitmen untuk tetap memberikan manfaat asuransi serta dukungan berupa talent promoting, dan hak-hak lain yang sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Di sisi lain, ternyata JD.ID memiliki sejarah yang cukup panjang di Indonesia. Dilansir dari laman resmi perusahaan, Rabu (14/12/2022), JD.ID pertama kali beroperasi di Indonesia pada November 2015.
JD.ID merupakan perusahaan joint venture dari JD.com, raksasa e-commerce terbesar asal China, bersama dengan perusahaan Singapura, Provident Capital Partners. Kini, perusahaan ini memiliki 12 kategori pilihan produk mulai dari produk untuk ibu dan anak, smartphones, perangkat elektronik, hingga produk luxury.
Bisnis e-commerce ini pun bertumbuh cukup pesat. Menurut perusahaan, pertumbuhan ini nampak dari jumlah produk yang ditawarkan. Yang mana dari 10.000 SKU pada tahun 2015, melesat hingga sekitar 100.000 SKU pada akhir tahun 2016.
JD.ID juga menyediakan jasa pengiriman yang menjangkau 365 kota di seluruh Indonesia dengan ribuan armada yang siap mengantarkan langsung kepada para pelanggan JD.ID.
Pada 2020 silam, JD.ID dikabarkan telah menyandang status sebagai unicorn RI dengan valuasi mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15,6 triliun. Perusahaan ini pun masuk ke dalam unicorn ke-6 dan menjadi 5 besar e-commerce teratas di Indonesia
Namun sayangnya, pada Mei 2022 kemarin, perusahaan ini mengambil langkah PHK pertamanya. Dikatakan manajemen, upaya improvisasi dan pengambilan keputusan ini dilakukan agar JD.ID dapat terus beradaptasi dan selaras dengan dinamika pasar dan tren industri di Indonesia. Tidak disebutkan tepatnya berapa yang terdampak.
Dan yang mengejutkannya, JD.ID kembali mengambil langkah PHK di tahun 2022 ini, tepatnya pada 13 Desember kemarin. Perusahaan memangkas sekitar 30% atau sekitar 200-an pegawainya. Salah satu alasannya ialah kabar bahwa JD.com akan hengkang dari kepemilikan perusahaan patungan di Indonesia dan Thailand.
Dikutip dari South China Morning Post edisi (29/11), disebutkan jika JD.com ingin memperkuat pasar dalam negeri. Seorang sumber menyebutkan perusahaan yang berbasis di Beijing ini ingin cabut dari bisnis Indonesia dan Thailand karena dalam beberapa tahun menghadapi tantangan berat dalam bisnisnya.
Selain itu rencana perusahaan hengkang karena pasar perdagangan online di Indonesia mengalami perlambatan. Penjualan JD.ID dinilai stagnan karena promosi yang tak efisien selama pandemi COVID-19.
Sementara itu, JD Central juga mencatatkan kerugian sejak diluncurkan pertama kali. Bahkan Central Group sempat memanggil para eksekutif perusahaan untuk menjelaskan masalah tersebut.
Sementara JD.ID sendiri, juga tidak menduduki peringkat baik di iPrice Indonesia. Situs belanja online utama masih dipimpin oleh Shopee, Lazada, Tokopedia, Blibli dan Bukalapak.(dtf)