Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Dalam sebulan terakhir, harga jual kakao berfluktuasi cukup tajam. Sempat menyentuh US$ 3.620/ton lalu terpuruk hingga ke level US$ 3.250/ton, kini, harganya ditransaksikan dikisaran US$ 3.549/ton-nya. Kinerja harga kakao yang berfluktuasi dipicu oleh spekulasi terkait dengan produksi, serta kenaikan permintaan kakao di pasar dunia.
"Dan kenaikan harga kakao saat ini dipicu oleh kabar dimana begara produsen kakao terbesar kedua dunia Ghana, diproyeksikan mengalami penurunan panen di tahun ini. Sementara disisi lain demand atau permintaan untuk kakao masih bertahan tinggi. Dan pemicu penurunan produksi kakao itu sendiri dikarenakan oleh sejumlah faktor, seperti kurangnya pupuk dan serangan penyakit," kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Rabu (30/8/2023).
Begitupun, gejolak harga kakao yang terjadi belakangan ini belum merubah tren harga kakao yang masih melanjutkan tren kenaikan. Dalam satu tahun terakhir, tren harga kakao terus mengalami kenaikan. Dan kenaikan harga kakao selama kuran waktu tersebut juga dibarengi dengan kenaikan harga pupuk yang terjadi belakangan ini.
Sementara dari sisi demand, kakao mengalami pemulihan karena permintaan yang meningkat setelah pandemi Covid-19. Bahkan kakao sangat kuat dan tidak rentan termakan isu perlambatan ekonomi maupun resesi ekonomi yang tengah melanda banyak negara belakangan ini. Sehingga sulit untuk mencari keterkaitan pertumbuhan ekonomi dengan permintaan kakao.
Sementara itu, untuk melihat tren perubahan harganya. Maka fokus melihat sisi supply atau persediaan sebaiknya tertuju pada dua produsen kakao di afrika, yakni Ivory Coast dan Ghana. "Kedua wilayah tersebut sangat menentukan harga kakao karena sisi persediaannya banyak bergantung dari sana. Dan gangguan panen kali ini yang terjadi di dua wilayah tersebut menjadi sentimen penggerak pasar yang paling besar pengaruhnya dalam perubahan harga kakao," kata Gunawan.