Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Masyarakat Tionghoa di Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara, merayakan Tahun Baru Imlek 2575 secara sederhana yang jatuh pada Sabtu (10/02/2024).
Mereka merayakan Imlek di rumah masing-masing, dilanjutkan dengan bersilaturahmi kepada anggota keluarga yang lebih tua.
Setelahnya, masyarakat Tionghoa kembali beraktivitas berdagang dan membuka toko masing-masing seperti biasanya.
BACA JUGA: Imlek, Puluhan Warga Berburu Angpao di Depan Vihara Borobudur Medan
Ketua Masyarakat Tionghoa Indonesia (MTI) Tapanuli Utara, Charles Hutasoit, menuturkan, tidak semaraknya perayaan Imlek di wilayah itu dilatarbelakangi minimnya sarana ibadah (vihara) untuk umat Buddha.
"Kami masyarakat Tionghoa tidak memiliki sarana ibadah (vihara), sehingga kami merayakan Imlek di rumah masing-masing saja," tutur Charles, ditemui medanbisnisdaily.com di Toko Central Asia miliknya, di bilangan Jalan Sisingamangaraja, Siborongborong, Sabtu (10/02/2024).
BACA JUGA: Sejak Pagi Umat Buddha Padati Vihara Borobudur Medan Sembayang Imlek: Semoga Dunia Lebih Makmur!
Ia menyampaikan, di seluruh wilayah Tapanuli Utara, hanya ada 1 vihara, itu pun masih dalam tahap pembangunan.
Vihara Bodhisitala yang terletak di Desa Siaro, Kecamatan Siborongborong, diresmikan pembangunannya oleh Bupati Taput, Nikson Nababan, Minggu (10/07/2022).
BACA JUGA: Vihara Kshitigarba Berastagi Karo Ramai Dikunjungi untuk Sembahyang Imlek 2575 Kongzili
Proses pembangunan Vihara Bodhisitala ternyata tidak berjalan mulus karena kekurangan biaya.
Hampir 2 tahun sejak peletakan batu pertama, Vihara Bodhisitala belum bisa digunakan umat Buddha untuk beribadah.
"Belum bisa digunakan. Pembangunannya terkendala biaya," kata Charles.
Ditanya soal namanya yang telah memakai nama dan marga Batak, dirinya mengaku tidak lagi memiliki nama Tionghoa, termasuk keluarganya.
BACA JUGA; Malam Imlek, Lampion Hiasi Kota Wisata Berastagi
Leluhurnya sendiri, kata dia, telah menetap di Siborongborong sejak tahun 1912.
Menurutnya, pemakaian nama dan marga Batak juga dilatarbelakangi soal agama yang dipeluknya saat ini.
Lagi-lagi, kata dia, keputusan memeluk agama Kristen karena dilatarbelakangi ketiadaan sarana ibadah umat Buddha.
BACA JUGA: Long Weekend Imlek 2024, Pesanan Kamar Hotel di Berastagi Tinggi
"Keluarga saya telah memeluk agama Kristen dan menggunakan marga Batak. Saya sendiri adalah Hutasoit," kata Charles Hutasoit, sembari tetap melayani pembeli yang datang ke tokonya.
Lanjut Charles Hutasoit, mayoritas keluarga Tionghoa di Tapanuli Utara saat ini juga telah beralih memeluk agama Kristen/Katolik.
Untuk wilayah Siborongborong, dari 30 kepala keluarga (KK) warga Tionghoa, 20 KK di antaranya telah memeluk agama Kristen/Katolik.
BACA JUGA: Dekati Masa Tenang Pemilu, Warga Tionghoa di Medan Tiadakan Atraksi Barongsai Rayakan Imlek Besok
Demikian juga dengan warga Tionghoa yang bermukim di ibu kota Tarutung, saat ini tersisa hanya 2 KK yang masih bertahan memeluk agama Buddha.
"Meskipun kami masyarakat Tionghoa telah banyak beralih memeluk agama Kristen/Katolik, kami tetap menjalin tali persaudaraan dalam bentuk arisan. Saya sendiri menjadi ketua," tandasnya.