Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ancaman Amerika Serikat (AS) dalam menjatuhkan sanksi kepada perusahaan-perusahaan keuangan yang melakukan hubungan bisnis dengan Rusia telah melemahkan perdagangan Turki Rusia. Kondisi ini utamanya mengganggu pembayaran impor minyak maupun ekspor Turki.
Sebagaimana dilansir dari Reuters, Selasa (20/2/2024), sebuah sumber melaporkan bahwa perintah eksekutif AS pada bulan Desember telah mempersulit pembayaran Turki untuk minyak mentah Rusia serta pembayaran Rusia untuk ekspor Turki.
Adapun sanksi AS sendiri bertujuan untuk mengurangi pendapatan Kremlin dan mengganggu perang di Ukraina tanpa menghambat aliran minyak Rusia ke pasar global. Akan tetapi kondisi ini diharapkan bisa menghindari lonjakan harga bensin AS yang sensitif secara politik pada masa pemerintahan Presiden Joe Biden.
Namun demikian, menurut para pedagang minyak, masalah pembayaran serupa dengan yang dihadapi oleh Turki telah mengganggu pasokan minyak Rusia ke India dan mempersulit pasokan ke Uni Emirat Arab dan Tiongkok.
Sementara itu, Rusia sendiri merupakan eksportir minyak mentah dan solar terbesar ke negara anggota NATO yang miskin energi, Turki. Rusia memasok 8,9 juta metrik ton minyak mentah dan 9,4 juta ton solar ke negara tetangganya di Laut Hitam dalam 11 bulan hingga November.
Masalah pembayaran muncul disebabkan oleh bank-bank Turki yang meninjau bisnis dan memperketat kepatuhan terhadap klien Rusia. Sumber melaporkan, hal ini tidak mengganggu pasokan minyak mentah Turki, hanya menunda sejumlah kecil kargo. Namun sebuah sumber di perusahaan minyak Rusia mengatakan eksportir minyak Rusia belum menerima pembayaran dari Turki selama dua hingga tiga minggu.
"Menjadi sulit untuk melakukan sejumlah pembayaran energi ke Rusia, terutama setelah (ancaman) sanksi baru pada akhir Desember. Beberapa pembayaran terganggu," kata sumber Turki yang mengetahui masalah pembayaran tersebut.
"Metode yang semula disepakati harus diubah atau pembayaran harus ditunda, namun pengiriman tetap dilanjutkan. Mungkin ada masalah berdasarkan kargo per kargo," sambungnya.
Sementara itu, sumber-sumber di sektor industri dan keuangan membahas gangguan pembayaran dan perdagangan dengan syarat anonimitas karena mereka tidak berwenang untuk berbicara mengenai masalah sensitif ini.
"Masalah pembayaran dimulai setelah bulan Desember. Fokusnya bukan pada impor minyak, namun hal ini meresahkan. Hal ini tidak berdampak pada fungsi sehari-hari namun mengingatkan kita bahwa masalah bisa muncul kapan saja," kata sumber industri minyak Turki.
Departemen Keuangan Turki menolak berkomentar ketika ditanya tentang masalah ini. Pengawas perbankan Turki BDDK juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Ankara menentang sanksi Barat terhadap Moskow meskipun mereka mengkritik invasi Rusia ke Ukraina dua tahun lalu. Mereka berhasil menjaga hubungan dekat dengan Moskow dan Kyiv selama konflik.
Meskipun Ankara telah mengatakan bahwa sanksi tersebut tidak akan dapat dihindari di wilayah Turki, Washington meningkatkan tekanannya pada tahun lalu untuk menghentikan transit barang-barang yang memiliki kegunaan ganda yang dapat digunakan Rusia di medan perang, dan telah memperingatkan bahwa bank-bank dan perusahaan-perusahaan Turki dapat terkena dampak sekunder. Sanksi AS.
Data awal menunjukkan ekspor Turki ke Rusia turun 39% tahun-ke-tahun (yoy) menjadi US$ 631 juta di bulan Januari, sempat meningkat 16,9% tahun lalu menjadi US$ 10,9 miliar. Impor dari Rusia turun 20,2% pada bulan Januari menjadi US$ 4 miliar, setelah turun 22,5% pada tahun 2023 menjadi US$ 45,6 miliar.
Impor minyak mentah dari Rusia melonjak lebih dari dua kali lipat menjadi 12 juta ton pada tahun 2022. Negara ini memasok 8,9 juta ton minyak ke Turki pada Januari-Nov 2023, turun 20% dari tahun sebelumnya tetapi masih di atas rata-rata sebelum perang.
Namun sebagian besar dampaknya terjadi pada perdagangan non-minyak, kata beberapa sumber. "Ekspor mesin, khususnya, terhenti hanya karena kemiripannya dengan peralatan militer," kata sumber pertama yang mengetahui masalah tersebut.
"Masalah sebenarnya muncul bukan pada pembayaran yang harus dilakukan Turki, namun pada pembayaran yang akan diterima Turki. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat keraguan bank-bank Turki terhadap sanksi," sambungnya.(dtf)