Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Palas. Sejumlah harga sembako dan sayuran di Kabupaten Padang Lawas (Palas) Sumatera Utara (Sumut) terpantau mengalami kenaikan, mulai dari beras hingga cabai merah dan rawit. Beberapa warga pun mengeluh akibat kenaikan harga pangan ini.
Salah satu warga Ervina (35) mengatakan, kalau dia cukup terbebani dengan kenaikan harga pangan, utamanya yang sering dikonsumsi.
Dia mengaku, untuk keperluan belanja bulanan biasanya bisa terpenuhi dengan biaya Rp 2 juta. Namun, karena adanya kenaikan uang segitu tidak mencukupi lagi.
"Iya, sekarang sembako naik semua. Beras naik, cabai naik, gula naik, bikin berat. Biasanya uang 2 juta bisa cukup buat beli sembako sebulan, jadi kurang," ungkapnya kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (24/2/2024).
Dia khawatir kenaikan harga ini bisa berlanjut hingga ke bulan Ramadan. Pasalnya, pada bulan ramadhan biasanya harga pangan ikut naik imbas meningkatnya permintaan.
"Takutnya sampai bulan Ramadah melonjak terus. Bulan Ramadan kan tak sampai sebulan lagi," tegasnya.
Senada dengan Ervina, seorang warga Palas lainnya, Putri (32) mengalami hal yang sama. Biaya belanja Rp 50 ribu yang dikantonginya untuk satu hari, kebutuhan bersama suaminya dan 4 anaknya, sekarang sudah tidak mencukupi lagi.
"Seperti sayur bayam, biasanya Rp 5 ribu dapat 2 ikat, kalau sekarang 1 ikat bayam itu Rp 6 ribu. Begitu dengan cabai merah, biasa sekilo Rp 45 ribu sekarang sudah Rp 87 ribu," ungkapnya
Selain sayur mayur dan bumbu dapur, Putri juga menyebut kebutuhan pangan yang lain juga mengalami kenaikan. Seperti, minyak goreng, gula pasir, daging ayam broiler dan telur.
"Kalau daging ayam broiler biasanya sekilo itu Rp 30 ribu, sekarang sudah Rp 45 ribu, telur ayam biasanya Rp 40 ribu sepapan sekarang sudah Rp 50 ribu. Uang Rp 50 ribu perhari, sekarang sudah tidak cukup lagi," keluhnya.
Dia pun meminta pemerintah untuk turun tangan guna mengendalikan harga di pasaran.
"Harapannya pemerintah bisa jaga kenaikan harga buat masyarakat apalagi menjelang bulan ramdhan. Kalau bisa pemerintah operasi pasar supaya harga-harga bahan pokok bisa stabil dan tidak memberatkan masyarakat," pintanya.
Sepinya Pembeli
Ida Daulay (45), salah seorang pedagang sayur mayur, bumbu dapur dan telur di Pasar Tradisonal Sibuhuan mengatakan, kenaikan harga ini mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Imbasnya, omsetnya menurun drastis.
"Sekarang harga telur Rp 50 ribu, dari sebelumnya Rp 40 ribu. Harga cabai merah sebulan yang lalu cuma Rp 45 ribu, melonjak terus sampai sekarang saat sudah Rp 87 ribu. Naiknya bertahap," ujarnya
Dampak sepinya pembeli berimbas dengan menurunnya pendapatan dari yang biasanya per hari mampu menerima hingga Rp 2 juta sampai Rp 2,5 juta, merosot hingga Rp 1000.000 per hari selama kurun waktu sebulan terakhir.
"Ya berpengaruhlah sama pendapatan. Sepi pembeli, konsumen mengeluh, dan kadang cuma nanya harga. Setelah tahu harganya, langsung gak jadi beli," ujarnya.