Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumatera Utara menurunkan tim investigasi untuk melakukan penelusuran dan mengecek fakta-fakta sebenarnya siswa SMK Negeri 1 Siduaori, Kabupaten Nias Selatan, berinsial YN (17) diduga tewas, usai dianiaya Kepala Sekolahnya, berinsial SZ (40).
Kepala Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan Sumut, Suhendri, menjelaskan tim investigasi berasal Cabang Dinas (Cabdis) Wilayah 14 Disdik Sumut, dengan mendatangi sekolah tersebut, meminta keterangan saksi-saksi dan termasuk melakukan pemeriksaan terhadap SZ.
"Posisinya, kita mendapatkan informasinya kemarin itu kejadiannya. Jadi, dari informasi itu coba minta Cabang Dinas untuk melakukan investigasi dan terakhir mereka datang ke sekolah untuk cek Informasi itu," ucap Suhendri saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (17/4/2024).
Suhendri mengungkapkan berdasarkan keterangan sementara diperolehnya, peristiwa itu terjadi di sekolah pada 16 Maret 2024. Ketika SZ memanggil YN bersama 6 siswa lainnya. Kepala Sekolah memberikan teguran terhadap korban dan rekannya itu, karena tidak menjalankan praktik kerja atau magang dengan baik.
"Ada beberapa orang anak lah, dalam tanda petik mendapatkan teguran. Sanksi dari Kepala Sekolah tidak melaksanakan praktik kerja secara baik. Salah satunya, di praktik oleh teman siswa itu, mendiang ini," jelas Suhendri.
Suhendri berdasarkan informasi diperoleh diterimanya, membantah saat pemanggilan YN bersama rekannya, terjadi kontak fisik atau penganiayaan, hanya dihukum mengepalkan tangan.
"Ada kepalan tangan, kalau kita mengepal dekat jari kelingking, bagian lembut itu lah. Kemudian, bagian lembut itu, diletakkan dibagian jidad. Menurut 6 anak-anak ini, kawannya itu, tak kuat dan kami ketawa-ketawa," kata Suhendri.
Suhendri mengatakan bahwa setelah mendapatkan teguran itu, kondisi 6 rekan YN dalam sehat-sehat saja dan melakukan aktivitas belajar dan mengajar seperti biasa.
"Setelah di kroscek, kami sehat dan tidak ada masalah. Kemudian, posisi anak itu sama anak itu tidak ada masalah. ada mis, setelah itu anak itu tidak masuk, beberapa hari. Bukan sakit, tapi berada di sekolah. Jadi, ada berita yang mis, seolah-olah, berita terbangun. Ada hukuman dan anak itu sakit lalu meninggal," ujar Suhendri.
"Ada jedah waktu, tidak ditelusuri, karena anak-anak yang lain sehat itu. Makanya, saya minta kepada rekan-rekan Cabdis, minta rekam medis, dia bisa meninggal dunia. Itu tadi saya telpon, teman-teman Cabdis belum bisa mendapatkannya dari rumah sakit," kata Suhendri kembali.
Suhendri mengungkapkan pasca hari itu, YN tidak masuk sekolah selama dua hari. Berdasarkan keterangan temannya, ia bolos sekolah dan pergi ke Bukit Megalit, di Kabupaten Nias Selatan.
"Di masa jedah itu, anak-anak itu sehat. Kemudian, menurut keterangan, anaknya (korban) malah tidak masuk, pergi ke Bukit Megalit dua hari disana. Lalu sakit, jangan-jangan dugaan ya, penyebabnya bukan tanggal 16 Maret 2024 itu. Lebih masa jedah itu," ujar Suhendri.
Suhendri mengungkapkan untuk SZ sedang dilakukan pemeriksaan dan klarifikasi oleh tim investigasi, hari ini. Namun, Kepala sekolah belum dinonjobkan, masih menjunjung praduga tidak bersalah.
"Ada aduan ke pihak kepolisian, kita patuhi itu. Tapi, sebelum ada penetapan (jadi tersangka) kita lakukan sesuai dengan peraturan yang ada. Sekarang ini, praduga tidak bersalah terlebih dahulu," jelas Suhendri.
"Terkait apa dilakukan kepala sekolah, berupa bentuk dari kekerasan terhadap siswa. Kita akan tegakkan aturan. Meski mohon maaf, menyebabkan cedera hingga meninggal dunia. Kami harus mengecek kebenarannya," ujar Suhendri.
Ia membantah informasi berkembang, bahwa Kepala Sekolah tersebut, menjemur korban bersama 6 rekannya. Tapi, begitu semuanya akan ditelusuri secara fakta-fakta yang ada.
"Tim sedang mengecek bagian dari ada kekerasan atau tidak, itu masih kita telusuri. Berita yang beredar, ada di jemur, dan lainnya. Kami tidak ada dijemur. Kontak fisik tidak ada. Beritanya, dari mana. Jangan dibesar-besarkan, hiperbola sesuatu. Kalau hiperbola mencederai sistem pendidikan di Sumut dengan kondisi, kami tidak mau. Jangan sampai satu masalah, membuat suatu tatanan yang sudah baik menjadi gonjang-ganjing," katanya.
Dalam kasus ini, Suhendri mengatakan pihak berkordinasi dengan Polres Nias Selatan. Kemudian, tim investigasi tersebut, akan membuat laporan secara tertulis ke Disdik Sumut hasil investigasi dilakukan Cabdis Wilayah 14.
"Saat ini, Kepala Sekolah tengah dimintai keterangan orang Cabdis. Jadi, menunggu keterangan resmi dari Cabdis mendalam, Kordinasi hingga membuat laporan secara tertulis kepada kami," kata Suhendri.
Suhendri menambahkan Disdik Sumut sebelumnya sudah melakukan upaya-upaya terkait dengan pencegahan dengan kekerasan di satu pendidikan atau di sekolah. Termasuk, membangun komitmen untuk sekolah-sekolah, lakukan pencegahan dan penanganan terhadap setiap tindakan kekerasan di sekolah.
"Lakukan pencegahan kekerasan siswa ke siswa, guru ke siswa dan lainnya. Itu sudah kita lakukan, dengan kejadian kita akan melakukan pengetatan," tegas Suhendri.
Untuk diketahui, YN sempat menjalani perawatan di RS Thomsen Gunungsitoli. Selama dalam perawatan kondisi korban terus menurun. YN meninggal dunia pada Senin pagi, 15 April 2024 sekira pukul 18.30 WIB.