Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta - Saham dari emiten baru tahun ini terbilang cukup fenomenal. Banyak dari sahamnya yang menguat drastis dalam waktu singkat.
Padahal kebanyakan dari saham-saham baru yang menguat merupakan emiten kecil. Bahkan ada emiten baru yang masuk dalam papan pengembangan masih merugi.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio mengatakan, bahwa pihak terus mengawasi pergerakan saham yang mencurigakan. Selama ini pihaknya sudah menjatuhkan pengawasan atau masuk dalam kategori unusual market activity (UMA), jika kembali menguat maka BEI menjatuhkan suspensi.
"Kalau ada kita peringatan. Tapi kita enggak tahu kalau benar ternyata ada planning bagus. Tapi kita perhatikan ini perdagangan semu apa enggak, semua kita perhatikan," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Senin (13/11/2017).
Namun dia menegaskan, jika terjadi perdagangan semu alias goreng saham maka BEI akan menjatuhkan hukuman berat. Dia memperingatkan bahwa BEI terus melakukan pengawasan terhadap semua transaksi di pasar modal.
"Kalau investor ada yang main-main perdagangan semu, sudah kita stop. Kita tahu kok siapa yang melakukan dengan apa melalui SID," tegasnya.
Kendati begitu, Tito memandang tidak ada yang aneh dalam pergerakan saham-saham baru tersebut. Menurutnya hal itu murni ketertarikan investor terhadap sahamnya.
"Buat saya apakah ada paksaan masyarakat untuk beli atau tidak? Enggak ada kan, enggak ada intervensi kan. Investor bisa nilai kok, baca prospektus. Mereka merasa bagus," tuturnya
Ambil contoh, PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) yang menawarkan sahamnya di harga Rp 375 saat mencatatkan sahamnya pada 5 Oktober 2017. Namun pada saat 20 Oktober 2017 harga saham KIOS sudah mejeng di level Rp 3.310 atau naik 782%.
Padahal perusahaan e-commerce tersebut masih merugi Rp 11,3 miliar. Namun manajemen kios yakin laba bersih mereka bisa naik 1.900% menjadi Rp 500 miliar.
"Apa yang mereka janjikan dalam prospektus dicapai enggak? Kalau dicapai ya sudah. Buat kita harga saham dampak persepsi orang terhadap perusahaannya," tambah Tito.
Selain KIOS, ada pula PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) menawarkan harga sahamnya Rp 1.385 pada pencatatan 1 November 2017. Lalu pada 3 November 2017 atau 3 hari berselang saham MCAS sudah menguat 98,5% ke level Rp 2.750.
Lalu ada PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) yang menawarkan sahamnya di level Rp 140 pada saat pencatatan 16 Oktober 2017. Selang 15 hari atau 31 Oktober 2017 saham ZINC menguat 1.135% ke level Rp 1.730.
Kemudian ada PT Malacca Trust Wuwungan Insurance Tbk (MTWI) yang mencatatkan sahamnya pada 11 Oktober 2017 dengan harga penawaran Rp 100. Lalu pada 20 Oktober 2017 atau 9 hari hari setelahnya menguat 585% ke level Rp 685.
Namun kondisi tersebut berbeda dengan nasib anak BUMN yang melakukan IPO tahun ini. Seperti saham PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) justru terus melemah.
Bahkan pada saat pencatatn saham GMFI langsung turun 17,6% dari harga penawaran Rp 400 menjadi Rp 340. Padahal GMFI termasuk emiten anak BUMN yang justru dinantikan oleh pelaku pasar. dtc